Kamis, 13 Desember 2012

PHT


LANGKAH-LANGKAH OPERASIONAL
PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT)

Latar Belakang dan Pengertian Pengendalian Hama Terpadu
Dalam proses budi daya pertanian tidak terlepas dari apa yang namanya Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), kerugian akibat serangan hama bisa mencapai 37%, penyakit 35%, gulma 29%, dan bahkan akibat yang di timbulkan oleh serangan hama tikus bisa menyebabkan gagal panen (puso). Pengendalian OPT bertujuan untuk mempertahankan produksi pertanian agar produksi tetap optimal, pengendalian hama adalah usaha –usaha manusia untuk menekan populasi hama sampai dibawah ambang batas yang merugikan secara ekonomi. Pengendalian dapat dilakukan dengan pendekatan Pengendalian Hama Terpadu (PHT), yaitu memilih suatu cara atau menggabungkan beberapa cara pengendalian, sehingga tidak merugikan secara ekonomis, biologi dan ekologi. Dengan tingkat kesadaran yang tinggi tentang lingkungan yang sehat dan pertanian yang berkelanjutan diperlukan cara pengendalian yang tepat.
Banyak ahli memberikan batasan tentang PHT secara beragam, tetapi pada dasarnya mengandung prinsip yang sama.   Smith (1978) menyatakan PHT adalah pendekatan ekologi yang bersifat multi displin untuk pengelolaan populasi hama dengan memanfaatkan beraneka ragam teknik pengendalian secara kompatibel dalam suatu kesatuan kordinasi pengelolaan.  Bottrell (1979) menekankan bahwa PHT adalah pemilihan secara cerdik dari penggunaan tindakan pengendalian hama, yang dapat menjamin hasil yang menguntungkan dilihat dari segi ekonomi, ekologi dan sosiologi. Sedangkan Kenmore (1989) memberikan definisi singkat PHT sebagai perpaduan yang terbaik. Yang dimaksud perpaduan terbaik ialah menggunakan berbagai metode pengendalian hama secara kompatibel. Sehingga melalui penerapan PHT, diharapkan kerusakan yang ditimbulkan hama tidak merugikan secara ekonomi, sekaligus menghindari kerugian bagi manusia, binatang, tanaman dan lingkungan.
Dilihat dari segi operasional pengendalian hama dengan PHT dapat kita artikan sebagai pengendalian hama yang memadukan semua teknik atau metode pengendalian hama sedemikian rupa, sehingga populasi hama dapat tetap berada di bawah aras kerusakan.
Pengendalian hama terpadu didefinisikan sebagai cara pendekatan atau cara berfikir tentang pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT) yang didasarkan pada pertimbangan ekologi dan efisiensi ekonomi dalam rangka pengelolaan agroekosistem yang berwawasan lingkungan berkelanjutan. Dengan pengertian ini, konsepsi PHT telah sejalan dengan paradigma pembangunan agribisnis. Konsep PHT muncul dan berkembang sebagai koreksi terhadap kebijakan pengendalian hama secara konvensional yang menekankan penggunaan pestisida. Penggunaan pestisida dalam kerangka penerapan PHT secara konvensional ini menimbulkan dampak negatif yang merugikan baik ekonomi, kesehatan, maupun lingkungan sebagai akibat penggunaan yang tidak tepat dan berlebihan. Pelaksanaan program pengendalian hama terpadu (Integreted Pest Management) merupakan langkah yang sangat strategis dalam kerangka tuntutan masyarakat dunia terhadap berbagai produk yang aman dikonsumsi, menjaga kelestarian lingkungan, serta pengelolaan sumberdaya alam yang berkelanjutan yang memberikan manfaat antar waktu dan antar generasi. Salah satu pertimbangan dasar,  pentingnya melakukan introduksi teknologi PHT, adalah adanya pergeseran strategi pembangunan dari pendekatan pertumbuhan, top down, dan bersifat jangka pendek (pola pembangunan konvensional) ke arah pendekatan pembangunan pemerataan, partisipatif, jangka panjang dan berkelanjutan yang disebut pola pembangunan berkelanjutan (Salim, 1991).
            Sifat dasar pengendalian hama terpadu berbeda dengan pengendalian hama secara konvensional yang saat ini masih banyak dipraktekkan. Dalam PHT, tujuan utama bukanlah pemusnahan, pembasmian atau pemberantasan hama. Melainkan berupa pengendalian populasi hama agar tetap berada di bawah aras yang tidak mengakibatkan kerugian secara ekonomi. Strategi PHT bukanlah eradikasi, melainkan  pembatasan (containment). Program PHT mengakui bahwa ada suatu jenjang toleransi manusia terhadap populasi hama, atau terhadap kerusakan yang disebabkan oleh hama. Dalam keadaan tertentu, adanya invidu serangga atau binatang kemungkinan berguna bagi manusia. Pandangan yang menyatakan bahwa setiap individu yang ada di lapangan  harus diberantas,  tidak sesuai dengan prinsip PHT. Pengendalian hama dengan PHT disebut pengendalian secara multilateral, yaitu menggunakan semua metode atau teknik pengendalian yang dikenal. PHT tidak bergantung pada satu cara pengendalian tertentu, seperti memfokuskan penggunaan pestisida saja, atau penanaman varietas tahan hama saja. Melainkan semua teknik pengendalian sedapat mungkin dikombinasikan secara terpadu, dalam suatu sistem kesatuan pengelolaan. Disamping sifat dasar yang telah dikemukakan, PHT harus dapat dipertanggung jawabkan secara ekologi. Dan penerapannya tidak menimbulkan kerusakan lingkungan yang merugikan bagi mahluk berguna, hewan, dan manusia, baik sekarang  maupun pada masa yang akan datang (Anonim, 2010).
Menurut Marmaini (2008) Langkah-langkah operasional yang ditempuh dalam pengendalian hama terpadu yang meliputi analisa masalah OPT, pemilihan taktik pengendalian OPT, pelaksanaan pengendalian dan evaluasi, serta program pengendalian jangka panjang dan sasaran kegiatan progam pengendalian OPT.

1.    Analisa masalah hama
Dalam langkah analisa  masalah ini, jelaslah hama bukanlah hanya merupakan mahluk hidup yang berkembang secara sendiri-sendiri, melainkan selalu berhubungan dengan factor-faktor lain, baik lingkungan abiotik maupun lingkungan abiotis. Oleh karena itu dipakailah pendekatan secara “terpadu” yaitu semua sub system yang saling berinteraksi didalam ekosistem atau agroekosistem tersebut. Dalam menganalisa masalah hama tersebut, tetap harus ditentukan “ambang ekonomi”, “ambang toleransi”, sampai kedua “ambang kerugian ekonomi”. Dengan demikian dapat ditentukan sikap atau jenis “tindakan” yang akan diambil atau dilakukan dalam pengendaliannya secara tepat guna, berhasil dan bermanfaat guna.

2.    Pemilihan cara atau metode serta strategi pengendalian hama
Apabila populasi hama telah melampaui keseimbangan dan ambang kerugian ekonomi, maka ada bermacam-macam cara yang dapat dilakukan tindakan baik secara tersendiri maupun secara terpadu. Tindakan itu pada prinsipnya untuk membuat keseimbangan lingkungan yang tidak sesuai bagi perkembangan hama tersebut tetapi baik bagi pertumbuhan yang biasa diusahakan, termasuk juga lingkungan manusia itu sendiri.
Dalam hal ini perlu dipakai prinsip “pengelolaan hama” dari pada “pemberantasan hama”. Pengelolaan dan pengendalian hama umumnya haruslah dengan pendekatan terhadap hama itu dengan memperhatikan aspek ekologinya yang mungkin dapat menghasilkan kesimpulan bahwa “dengan satu cara pengendalian saja sudah dapat dicapai hasil yang lebih baik apabila lebih dari satu cara akan memberikan hasil yang jauh lebih baik lagi”.
a.    Taktik PHT
Menurut Chairudin (2011), Adapun beberapa taktik dasar PHT antara lain :
a)      Memanfaatkan pengendalian hayati yang asli ditempat tersebut (indigenous),
b)      Mengoptimalkan pengelolaan lingkungan melalui penerapan kultur teknik yang baik,
c)      Penggunaan pestisida yang selektif sebagai alternatif pengendalian terakhir.
Taktik penerapan PHT suatu cara penerapan pengendalian OPT agar memenuhi asas ekologi yaitu tidak berdampak negatif pada agroekosistem dan azas ekonomi yaitu menguntungkan dan meningkatkan kesejahteraan petani.
Taktik-taktik tersebut yaitu :
a.    Pemanfatan proses pengendali alami dengan mengurangi tindakan-tindakan yang merugikan atau mematikan perkembangan musuh alami.
b.    Pengelolaan ekosistem melalui usaha bercocok tanam yang bertujuan agar lingkungan tanaman kurang sesuai bagi kehidupan dan perkembangbiakan atau pertumbuhan OPT serta mendorong berfungsinya agen pengendali alami/hayati.
c. Pengendalian fisik dan mekanis untuk menekan/mengurangi populasi OPT/kerusakan, mengganggu aktivitas fisiologis OPT yang normal, dan mengubah lingkungan fisik menjadi kurang sesuai bagi kehidupan dan perkembangan OPT.
d. Penggunaan pestisida secara selektif untuk mengembalikan populasi OPT pada aras keseimbangannya. Selektivitas pestisida berdasarkan pada sifat fisiologis, ekologis dan cara aplikasi. Keputusan tentang penggunaan pestisida dilakukan setelah dilakukan analisis ekosistem terhadap hasil pengamatan dan ketetapan ambang ekonomi/pengendalian. Pestisida yang digunakan harus yang efektif, terdaftar dan diizinkan.
e.   Prinsip Penerapan
Ada 4 (empat) prinsip penerapan PHT, yaitu :
(1) Budidaya tanaman sehat merupakan prinsip penting penerapan PHT dengan menggunakan praket teknologi produksi dan praktek agronomis, untuk mewujudkan tanaman sehat.
(2) Pelestarian dan pendayagunaan musuh alami melalui pengelolaan dan pelestarian faktor biotik (pengendali alami) dan abiotik (iklim dan cuaca) agar mampu berperan secara maksimal dalam pengendalian populasi dan penekanan tingkat serangan OPT.
(3) Pengamatan mingguan secara teratur, yaitu pemantauan hasil interaksi faktor biotik dan abiotik dan menimbulkan serangan OPT. Kegiatan pemantauan merupakan kegiatan penting yang mendasari pengambilan keputusan pengendalian.
(4) Petani berkemampuan melaksanakan dan ahli PHT, Petani sebagai ahli PHT merupakan tujuan penerapan agar petani memiliki kemampuan dan kemauan untuk menetapkan tindakan pengendalian sesuai prinsip PHT dan berdasarkan hasil pengamatan. Upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan petani adalah latihan dan pemberdayaan petani.
b.        Sasaran dan Strategi Pengembangan PHT
Menurut Smith dan Apple (1978), dalam Lissa (2012) langkah-langkah pokok yang perlu dikerjakan dalam pengembangan PHT adalah:
Ø  Mengenal status hama yang dikelola, Pengenalannya meliputi perilaku hama, dinamika perkembangan populasi, tingkat kesukaan makanan, dan tingkat kerusakan yang diakibatkannya. Dalam suatu agroekosistem, kelompok hama dikategorikan atas hama utama, hama minor, hama potensil, hama migran, dan bukan hama.
Ø  Mempelajari komponen saling ketergantungan dalam ekosistem. Salah satu komponen ekosistem yang perlu ditelaah dan dipelajari adalah yang mempengaruhi dinamika perkembangan populasi hama-hama utama. Contohnya adalah menginventarisir musuh-musuh alami, sekaligus mengetahui potensi musuh alami sebagai pengendali alami. Interaksi berbagai komponen biotik dan abiotik, dinamika populasi hama dan musuh alami, studi fenologi tanaman dan hama, studi sebaran hama merupakan komponen yang sangat diperlukan dalam menetapkan strategi pengendalian hama yang tepat.
Ø  Penetapan dan pengembangan Ambang Ekonomi. Ambang ekonomi atau ambang pengendalian merupakan ketetapan tentang pengambilan keputusan, kapan harus dilaksanakan penggunaan pestisida sebagi alternatif terakhir pengendalian. Untuk menetapkan ambang ekonomi dibutuhkan banyak informasi data biologi, ekologi serta ekonomi. Penetapan kerusakan / kerugian produksi dan hubungannya dengan populasi hama, analisis biaya dan manfaat penggendalian merupakan bagian yang penting dalam penetapkan ambang ekonomi.
Ø  Pengembangan sistem pengamatan dan monitoring hama. Pengamatan atau monitoring hama secara rutin dan terorganisasi dengan baik diperlukan untuk mengetahui kepadatan populasi hama pada suatu waktu dan tempat. Metode pengambilan sampel di lapang dilakukan secara benar agar data yang diperoleh dapat dipercaya secara statistik. Disamping itu jaringan dan organisasi monitoring juga perlu dikembangkan agar dapat menjamin ketepatan dan kecepatan arus informasi dari lapangan ke pihak pengambil keputusan pengendalian hama.
Ø  Pengembangan model diskriptif dan peramalan hama. Pengetahuan akan gejolak populasi hama dan hubungannya dengan komponen-komponen ekosistem mendorong perlu dikembangkannya model kuantitatif yang dinamis. Dimana model tersebut menggambarkan gejolak populasi dan kerusakan yang ditimbulkan pada waktu yang akan datang. Sehingga, dinamika populasi hama dapat diperkirakan sekaligus dapat memberikan pertimbangan bagaimana penanganan pengendalian agar tidak sampai terjadi ledakan populasi yang merugikan secara ekonomi.
Ø  Pengembangan strategi pengelolaan hama. Strategi dasar PHT adalah menggunakan taktik pengendalian ganda dalam suatu kesatuan sistem yang terkoordinasi. Strategi PHT mengusahakan agar populasi atau kerusakan yang ditimbulkan hama tetap berada dibawah ambang ekonomi. Srategi pengelolaan hama berdasarkan PHT, menempatkan pestisida sebagai alternatif terakhir.
Ø  Penyuluhan kepada petani agar menerima dan menerapkan PHT. Petani sebagai pelaksana utama pengendalaian hama, perlu menyadari dan mengerti tentang cara PHT dan penerapannya di lapangan.
Ø  Pengembangan organisasi PHT. Sistem PHT mengharuskan adanya suatu organisasi yang efisien dan efektif, yang dapat bekerja secara cepat dan tepat dalam menanggapi setiap perubahan yang terjadi pada agroekosistem. Organisasi PHT tersusun oleh komponen monitoring, pengambil keputusan, program tindakan, dan penyuluhan pada petani. Organisasi tersebut merupakan suatu organisasi yang mampu menyelesaikan permasalahan hama secara mandiri.

3.    Pelaksanaan pengendalian hama dan evaluasinya
Pelaksanaan atau operasional pengendalian ini akan memerlukan alat/logistic, baik persiapan maupun waktu yang baik dan tepat. Pengalaman dan pengamatan yang pernah dilakukan sangat penting artinya dalam membantu persiapan pelaksaannya. Hasil monitoring hama diikuti dengan analisa dan evaluasi dari seluruh pelaksanaannya, yang meliputi analisa ungtung rugi, dan dampak lingkungan yang harus dikaji serta dikerjakan secara berkala atau periodik, masing-masing harus dikaji dan dibahas.
Jika diperlukan untuk menggantikan taktik pengendalian, segera saja dilakukan agar tidak terlambat. Karena masalah yang dikerjakan secara terburu-buru akan menjadi masalah yang besar dan sulit diatasi, serta akan berakibat jauh dalam program pengendalian jangka panjang. Evaluasi dan monitoring merupakan suatu umpan balik (feed back) kepada langkah 1, untuk dapat menganalisa masalahnya kembali secara lebih detail.

4.    Program pengendalian hama jangka panjang
Langkah ini merupakan langkah yang perlu dirintis dan dikembangkan baik keadaan maupun aktivitasnya untuk menuju kepada pengelolaan ekosistem. Oleh karena itu dalam perencanaan, penelitian, latihan pendidikan, bagi semua pihak yang terkait, kerjasama secara terpadu sangat besar artinya untuk keberhasilan pengelolaan hama dengan baik.
Pengendalian hama dapat dilakukan dengan :
a.    Single approach, artinya cukup dengan satu teknik pengendalian saja.
b.    Integrated approach, artinya memakai lebih dari satu teknik pengendalian secara bersama.
Kesamaannya itu bertujuan untuk mempertahankan taraf produksi yang cukup tinggi dan mantap, mempertahankan kelestarian hidup, menyelamatkan produsen dan konsumen serta terjangkau oleh masyarakat.

5.    Sasaran kegiatan program pengendalian hama
Agar berhasil, sasaran yang harus diketahui oleh seorang ahli PHT adalah :
a.    Menganalisa semua masalahnya lebih dulu secara mendalam dengan cara seksama.
b.    Mengetahui semua masalahnya lebih dulu  sebelum lama hama itu timbul artinya apa sebab musababnya maka ia timbul.
c.    Mengetahui dan mempunyai jawaban-jawaban untuk setiap masalah-masalah hama tersebut.
d.   Berani dan mampu bertindak dengan cepat, setelah duduk masalahnya satu persatu secara tuntas, terutama jika saatnya sudah tiba dan jangan ditunda-tunda waktunya.
Oleh karena itu kita harus juga mempunyai tiga sasaran kegiatan yaitu :
a.    Sasaran atau kegiatan rutin/regular, yaitu pelaksanaan kegiatan tugas-tugas rutin dan regular setiap hari.
b.    Sasaran atau kegiatan pemecahan  masalah
c.    Sasaran atau kegiatan untuk inovatif yaitu usaha untuk mengembangkan hal-hal yang baru.
Sasaran rutin ialah sasaran yang terus menerus berulang-ulang saja, misalnya pelaksanaan kultur teknis yang baik dan usaha pencegahan. Sasaran pemecahan masalah adalah sasaran untuk mengembalikan keadaan menjadi normal kembali. Sasaran inovatif adalah sasaran yang memerlukan kreasi dan kreatif untuk merubah teknik pengendalian yang berbeda  dari sebelumnya.

Menurut Direktorat Perlindungan Hortikultura, Sasaran penerapan PHT adalah :
(1) Populasi OPT dan kerusakan tanaman tetap berada pada aras yang secara ekonomis tidak merugikan,
(2) Produktivitas pertanian mantap pada taraf tinggi,
(3) Penghasilan dan kesejahteraan petani meningkat, dan
(4) Resiko kesehatan dan pencemaran lingkungan ditekan.
Strategi yang diterapkan dalam melaksakan PHT adalah memadukan semua teknik pengendalian OPT dan melaksanakannya dengan taktik yang memenuhi azas ekologi serta ekonomi. Tiga komponen komponen dasar yang harus dibina, yaitu : Petani, Komoditi hasil pertanian dan wilayah pengembangan dimana kegiatan pertanian berlangsung, disamping pembinaan terhadap petani diarahkan sehingga menghasilkan peningkatan produksi serta pendapatan petani, pengembangan komoditi hasil pertanian benar-benar berfungsi sebagai sektor yang menghasilkan bahan pangan, bahan ekspor dan bahan baku industri, sedangkan pembinaan terhadap wilayah pertanian ditujukan agar dapat menunjang pembangunan wilayah seutuhnya dan tidak terjadi ketimpangan antar wilayah (Kusnadi, 1980).
Banyak persoalan yang dihadapi oleh petani baik yang berhubungan langsung dengan produksi dan permasalahan hasil pertanian maupun yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari, selain merupakan uasaha bagi petani, pertanian sudah merupakan bagian dari kehidupannya sehingga tidak hanya aspek ekonomi saja tetapi aspek yang lainya juga merupakan peranan penting dalam tindakan-tindakan petani, dengan demikian dari segi ekonomi pertanian berhasil atau tidaknya produksi dan tingkat harga yang diterima oleh petani untuk hasil produksinya merupakan faktor yang sangat mempengaruhi perilaku dan kehidupan petani itu sendiri (Mubyarto, 1986).


DAFTAR PUSTAKA

Chairudin. 2011. Langkah Operasional Pengendalian Penyakit tanaman. Online. http://abimuja.blogspot.com/2011/10/normal-0-false-false-false.html. Diakses 22 Oktober 2012.

Lissa. 2012. Pengendalian HAMA dan PENYAKIT secara TERPADU (PHT). http://lissa-blogku.blogspot.com/2012/02/pengendalian-hama-terpadu-pht.html. Diakses 22 Oktober 2012.

Marmaini. 2008. Pengendian Hama Terpadu. Palembang FMIPA. Universitas PGRI Palembang.
Smith, R.F.1978. Distory and Complexity of Integrated Pest Management. In: Pest Control Strategis. S.H. Smith and D. Pimentel (Ed.). Acad. Press. New York.
Smith, R.F and J.L. Apple. 1978. Principles of Integrated Pest Control. IRRI Mimeograph.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar