BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Gerak
manusia dihasilkan oleh kontraksi otot yang menghasilkan gaya untuk
menggerakkan anggota badan. Pada gerak sadar, sinyal perintah dari pusat sistem
syaraf ditransmisikan melalui syaraf tulang belakang (spinal cord) lalu ke otot
untuk menghasilkan gaya. Otot berfungsi dengan normal jika antara sistem
syaraf, spinal cord, dan otot terhubung secara utuh dan bekerja dengan
baik. Kerusakan pada sistem syaraf yang diakibatkan penyakit yang menyerang
syaraf tulang belakang (spinal cord injury, SCI) akan mengganggu sinyal
perintah mencapai otot (Fictor F, 1996).
Menurut
(Hadisusanto (1987) Pada pasien yang
mengalami kerusakan pada otak atau syaraf tulang belakang kehilangan kemampuan
motoriknya (paralisis) seperti berdiri, berjalan, menggenggam dan menjangkau.
Ketidakmampuan ini dapat mencakup sebagian atau keseluruhan dari anggota gerak
tubuh. Tipe-tipe paralisis tersebut antara lain:
a.
Monoplegia : paralisis hanya pada satu
anggota gerak saja, disebabkan oleh kerusakan pusat sistem syaraf
b. Diplegia
: paralisis pada bagian tubuh yang sama pada salah satu sisi tubuh,
misalnya kedua tangan atau kedua sisi wajah
c.
Hemiplegia: paralisis pada salah satu
sisi tubuh. Paralisis ini disebabkan oleh kerusakan pada otak, yaitu cerebral
palsy
d. Paraplegia
: paralisis pada kedua anggota gerak dan penopangnya, disebabkan oleh
kerusakan syaraf tulang belakang
e.
Quadriplegia: paralisis pada keempat
anggota gerak tubuh dan penopangnya yang disebabkan oleh kerusakan syaraf
tulang belakang.
Otot
manusia merupakan suatu alat yang penting untuk menunjang pergerakan atau
selama aktifitas. Pergerakan otot sadar diawali dengan adanya sebuah sinyal
dari syaraf motorik (gerak) yang memerintahkan agar otot ini bergerak sesuai
dengan batasan kemampuan geraknya. Tanggapan atau reaksi otot ini sepenuhnya
tergantung pada kondisi otot itu sendiri. Sehingga apabila kondisi otot
tersebut terganggu, maka pergerakan yang terjadi akibat kontraksi otot tersebut
akan berjalan lambat dan tidak maksimal (Fictor
F, 1996).
Kontraksi otot diawali dengan adanya
pengantar impuls (potensial aksi) syaraf motorik alfa menuju motor endplate di
membrane otot rangka. Sebelum terjadi potensial aksi syaraf motorik alfa, pada
motor endplate telah terjadi depolarisasi sebagai akibat terlepasnya
asetikolin (ACh) dalam kuantum kecil secara terus menerus. Dengan adanya
potensial aksi di syaraf motoriknya, pelepasan ACh dalam akan sangat banyak
sehingga depolarisasi di endplate menjadi potensial aksi otot yang
kemudian menjalar sepanjang membrane sel otot dan tubulus T . Keseimbangan adalah kemampuan untuk
mempertahankan kesetimbangan tubuh ketika di tempatkan di berbagai posisi.
Definisi menurut O’Sullivan, keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan
pusat gravitasi pada bidang tumpu terutama ketika saat posisi tegak (Purnomo.
2001).
Menurut Moekti A (1997) Bagian-bagian
otot terdiri dari :
1. Sarkolema
adalah membran yang melapisi suatu sel otot yang fungsinya sebagai pelindung
otot
2. Sarkoplasma
adalah cairan sel otot yang fungsinya untuk tempat dimana miofibril dan
miofilamen berada
3. Miofibril
merupakan serat-serat pada otot.
4. Miofilamen
adalah benang-benang/filamen halus yang berasal dari miofibril. Miofilamen
terbagi atas 2 macam, yakni :
a.
Miofilamen homogen (terdapat pada otot polos)
b.
Miofilamen heterogen (terdapat pada otot jantung/otot
cardiak dan pada otot rangka/otot lurik).
Di dalam miofilamen terdapat protein kontaraktil yang disebut
aktomiosin (aktin dan miosin), tropopin dan tropomiosin. Ketika otot kita
berkontraksi (memendek) maka protein aktin yang sedang bekerja dan jika otot
kita melakukan relaksasi (memanjang) maka miosin yang sedang bekerja.
1.2
Tujuan
Dalam mengikuti praktek ini mahasiswa
diharapkan dapat mengetahui kerja otot dan respon terhadap aktivitas yang
dilakukan dengan memakai beban.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Purnomo
(2001) Sistem otot adalah sistem tubuh yang
memiliki fungsi seperti untuk alat gerak, menyimpan glikogen dan menentukan
postur tubuh. Terdiri atas otot polos, otot jantung dan otot rangka. Otot
merupakan alat gerak aktif yang mampu menggerakkan tulang, kulit dan rambut
setelah mendapat rangsangan.
Otot memiliki tiga kemampuan khusus
yaitu :
1. Kontraktibilitas : kemampuan untuk
berkontraksi / memendek
2. Ekstensibilitas : kemampuan untuk
melakukan gerakan kebalikan dari gerakan yang ditimbulkan saat kontraksi
3. Elastisitas : kemampuan otot untuk
kembali pada ukuran semula setelah berkontraksi. Saat kembali pada ukuran
semula otot disebut dalam keadaan relaksasi.
2.1
Jenis otot
Menurut Trijoko (1990) jenis-jenis otot dibedakan menjadi :
1. Otot lurik
· Nama lain : otot rangka, otot serat
lintang (musculus striated) atau otot involunter
· Struktur : serabut panjang,
berwarna/lurik dengan garis terang dan gelap, memiliki inti dalam jumlah banyak
dan terletak dipinggir
· Kontraksi : menurut kehendak kita
(dibawah kendali sistem syaraf pusat), gerakan cepat, kuat, mudah lelah dan
tidak beraturan
2. Otot Polos
·
Nama
lain : otot alat-alat dalam / visceral / musculus nonstriated / otot involunter
·
Struktur
: bentuk serabut panjang seperti kumparan, dengan ujung runcing, dengan inti berjumlah
satu terletak dibagiann tengah.
·
Kontraksi
: tidak menurut kehendak atau diluar kendali sistem saraf pusat, gerakan
lambat, ritmis dan tidak mudah lelah.
3.
Otot jantung
·
Nama
lain: Myocardium atau musculus cardiata atau otot involunter
·
struktur
: Bentuk serabutnya memanjang, silindris, bercabang. Tampak adanya garis terang
dan gelap. memiliki satu inti yang terletak di tengah
·
Kontraksi:
tidak menurut kehendak, gerakan lambat, ritmis dan tidak mudah lelah.
2.2 Jaringan Otot
Jaringan
otot tersusun atas sel-sel otot. Jaringan ini berfungsi melakukan
pergerakan pada berbagai bagian tubuh. Jaringan
otot dapat berkontraksi karena di dalamnya terdapat serabut kontraktil
yang disebut miofibril. Miofibril tersusun atas miofilamen atau protein aktin
dan protein miosin. Kurang lebih 40% berat tubuh mamalia merupakan jaringan otot. Jaringan otot dapat dibagi menjadi jaringan otot polos, otot lurik (seran lintang), dan otot jantung (Moekti
A, 1997).
a.
Jaringan Otot Polos
Aktivitas otot polos tidak dipengaruhi oleh kehendak kita (otot tidak sadar)
sehingga disebut otot involunter dan selnya dilengkapi dengan serabut saraf
dari sistem saraf otonom. Kontraksi otot polos sangat lambat dan lama, tetapi
tidak mudah lelah. Otot polos terdapat pada alat-alat tubuh bagian dalam
sehingga disebut juga otot visera. Misalnya pada pembuluh darah, pembuluh
limfa, saluran pencernaan, kandung kemih, dan saluran pernapasan. Otot polos
berfungsi memberi gerakan di luar kehendak, misalnya gerakan zat sepanjang saluran
pencernaan. Selain itu, berguna pula untuk mengontrol diameter pembuluh darah
dan gerakan pupil mata (Suwarni, 1990).
b.
Jaringan Otot Lurik atau Jaringan Otot Rangka
Otot lurik mempunyai serabut kontraktil yang
memantulkan cahaya berselang-seling gelap (anisotrop) dan terang (isotrop). Sel
atau serabut otot lurik
berbentuk silindris atau serabut panjang. Setiap sel mempunyai banyak inti dan
terletak di bagian tepi sarkoplasma. Otot
lurik bekerja di bawah kehendak (otot sadar) sehingga disebut otot volunter dan selnya dilengkapi
serabut saraf dari sistem saraf pusat. Kontraksi otot lurik cepat tetapi tidak
teratur dan mudah lelah. Otot lurik
disebut juga otot rangka karena biasanya melekat pada rangka tubuh, misalnya
pada bisep dan trisep. Selain itu juga terdapat di lidah, bibir, kelopak mata,
dan diafragma. Otot lurik
berfungsi sebagai alat gerak aktif karena dapat berkontraksi secara cepat dan
kuat sehingga dapat menggerakkan tulang dan tubuh (Sudjino,
2003).
Gambar 2. Otot lurik
c.
Jaringan Otot Jantung
Otot jantung berbentuk silindris
atau serabut pendek. Otot ini tersusun atas serabut lurik yang bercabang-cabang
dan saling berhubungan satu dengan lainnya. Setiap sel otot jantung mempunyai satu atau dua inti yang terletak di tengah
sarkoplasma. Otot jantung bekerja
di luar kehendak (otot tidak sadar) atau disebut juga otot involunter dan selnya dilengkapi serabut saraf dari saraf
otonom. Kontraksi otot jantung berlangsung secara otomatis, teratur, tidak
pernah lelah, dan bereaksi lambat. Dinamakan otot jantung karena hanya terdapat di jantung. Kontraksi dan
relaksasi otot jantung menyebabkan jantung menguncup dan mengembang untuk
mengedarkan darah ke seluruh tubuh. Ciri khas otot jantung adalah mempunyai diskus interkalaris, yaitu pertemuan
dua sel yang tampak gelap jika dilihat dengan mikroskop (Suwarni, 1990).
2.3
Kelainan otot
Menurut
Sudjino (2003) Kelainan otot dapat disebabkan oleh beberapa hal berikut :
1. Atrofi
otot, merupakan penurunan fungsi otot karena otot mengecil atau karena
kehilangan kemampuan berkontraksi, misalnya lumpuh.
2. Distorsi
otot, penyakit ini diperkirakan merupakan penyakit genetis dan bersifat kronis
pada otot anak-anak.
3. Hipertrofi
otot, merupakan kelainan otot yang menyebabkan otot menjadi lebih besar dan
lebih kuat karena sering digunakan, misalnya pada binaragawan.
4. Hernia
abdominal, kelainan ini terjadi apabila dinding otot abdominal sobek dan
menyebabkan usus melorot masuk ke rongga perut.
5. Kelelahan
otot, karena kontraksi secara terus-menerus menyebabkan kram atau kejang.
6. Tetanus,
merupakan penyakit yang menyebabkan otot menjadi kejang karena bakteri tetanus.
BAB
III
METODOLOGI
PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Pada praktikum tentang sistem otot
dilakukan di Laboratorium MIPA Univ. PGRI Palembang pada hari kamis 26 April 2012, pukul 15.00 –
18.00 WIb.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan
dalam praktikum ini adalah :
1. Barbel
2 kg
2. Meteran/mistar
3. Taimer
3.3 Cara Kerja
Adapun cara kerja dalam praktikum
ini adalah sebagai berikut :
1.
Disiapkan alat dan bahan yang akan
digunakan.
2.
Diukur panjang lengan praktikan (lengan
yang melakukan aktivitas).
3.
Berbel diangkat dan diayunkan
semampunya.
4.
Hitung nilai KO nya.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
Tabel
hasil kerja otot dan respon otot terhadap aktivitas manusia
Nama
|
Jumlah
angkatan
|
Panjang
lengan
|
S.
Total
|
Ko
|
Koko
|
40
|
62 cm
|
11699,64
|
35098,92
|
Erna
|
55
|
66 cm
|
56991,0
|
170973,0
|
Febri
|
50
|
62 cm
|
4867,0
|
14601,0
|
Tamika
|
40
|
62 cm
|
3893,6
|
11680,8
|
Rumus :
KO = S Total . B (beban)
KO = S Total . B (beban)
=
Joule
4.2
Pembahasan
Otot manusia bekerja
dengan cara berkontraksi sehingga otot akan memendek, mengeras dan bagian
tengahnya menggelembung ( membesar ). Karena memendek maka tulang yang dilekati
oleh otot tersebut akan tertarik atau terangkat. Kontraksi satu macam otot
hanya mampu untuk menggerakkan tulang kesatu arah tertentu. Agar tulang dapat
kembali ke posisi semula, otot tersebut harus mengadakan relaksasi dan tulang
harus ditarik ke posisi semula. Untuk itu harus ada otot lain yang berkontraksi
yang merupakan kebalikan dari kerja otot pertama. Jadi, untuk menggerakkan
tulang dari satu posisi ke posisi yang lain, kemudian kembali ke posisi semula
diperlukan paling sedikit dua macam otot dengan kerja yang berbeda (Sudjino,
2003).
Berdasarkan cara
kerjanya, otot dibedakan menjadi otot antagonis dan otot sinergis. otot
antagonis menyebabkan terjadinya gerak antagonis, yaitu gerak otot yang
berlawanan arah. Jika otot pertama berkontraksi dan otot yang kedua
berelaksasi, sehingga menyebabkan tulang tertarik / terangkat atau sebaliknya.
Otot sinergis menyebabkan terjadinya gerak sinergis, yaitu gerak otot yang
bersamaan arah. Jadi kedua otot berkontraksi bersama dan berelaksasi bersama (Purnomo.
2001).
Sifat kerja otot dibedakan menjadi
dua, yaitu :
A. Antagonis Otot
Antagonis adalah dua otot atau lebih
yang tujuan kerjanya berlawanan. Jika otot pertamaberkontraksi
dan yang kedua berelaksasi, akan menyebabkan tulang tertarik atau terangkat.
Sebaliknya,jika otot pertama berelaksasi dan yang kedua berkontraksi akan
menyebabkan tulang kembali ke posisisemula. Contoh otot antagonis adalah otot
bisep dan trisep (Trijoko, 1990).
Otot bisep adalah otot yang memiliki
duaujung (dua tendon) yang melekat pada tulang
dan terletak di lengan atas bagian depan. Otot trisep adalah otot yang memiliki tiga jung (tiga
tendon) yang melekat pada tulang, terletak di lengan atasbagian belakang. Untuk
mengangkat lengan bawah, otot bisep berkontraksi dan otot trisep
berelaksasi.Untuk menurunkan lengan bawah, otot trisep berkontraksi dan otot bisep
berelaksasi.
Menurut Suwarni
(1990) Antagonis juga adalah kerja otot
yang kontraksinya menimbulkan efek gerak berlawanan, contohnya adalah:
1. Ekstensor (meluruskan) dan fleksor
(membengkokkan), misalnya otot trisep dan otot bisep.
2. Abduktor (menjauhi badan) dan
adductor (mendekati badan) misalnya gerak tangan sejajar bahu dansikap sempurna.
3. Depresor (ke bawah) dan adduktor (
ke atas), misalnya gerak kepala merunduk dan menengadah.
4. Supinator (menengadah) dan pronator
(menelungkup), misalnya gerak telapak tangan menengadahdan gerak telapak tangan menelungkup.
B. Sinergis
Sinergis juga adalah otot-otot yang
kontraksinya menimbulkan gerak searah. Contohnya pronatorteres dan pronator
kuadratus (Otot yang menyebabkan telapak tngan menengadah atau menelungkup).
Otot sinergis adalah dua otot atau lebih yang bekerja bersama sama dengan
tujuan yang sama. Jadi,otot-otot itu
berkontraksi bersama dan berelaksasi bersama. Misalnya, otot -otot antar tulang
rusukyang bekerja bersama ketika kita menarik napas, atau otot pronator, yaitu
otot yang menyebabkantelapak tangan menengadah atau menelungkup. Gerakan pada
bagian tubuh, umumnya melibatkan kerja otot, tulang, dan sendi. Apabila otot
berkontraksi, maka otot akan menarik tulang yang dilekatinya sehingga tulang
tersebut bergerak pada sendi yang dimilikinya (Purnomo,
2001).
Mekanisme
Gerak Otot dan Sumber Energi
Menurut Sudjino
(2003) Secara makroskopis gumpalan otot
memiliki ujung-ujung otot yang disebut tendon. Di antara dua tendon terdapat
bagian pusat otot yang yang disebut belli. Bagian ini memiliki kemampuan
berkontraksi. Ujung ujung otot melekat pada tulang dengan dua tipe perlekatan,
yaitu origo dan insersio.
a.
Ujung otot (tendon) yang melekat pada tulang-tulang yang posisinya tetap atau
sedikit bergerak saat otot berkontraksi disebut origo.
b.
Ujung otot (tendon) yang melekat pada tulang-tulang yang mengalami perubahan
posisi saat otot berkontraksi disebut insersio.
Secara mikroskopis otot lurik tampak
tersusun atas garis-garis gelap dan terang seperti terlihat pada Gambar 4.20.
Penampakan tersebut disebabkan adanya miofibril. Setiap miofibril tersusun atas
satuan kontraktil yang disebut sarkomer. Sarkomer dibatasi dua garis Z
(perhatikan gambar). Sarkomer mengandung dua jenis filamen protein tebal
disebut miosin dan filamen protein tipis disebut aktin. Kedua jenis filamen ini
letaknya saling bertumpang tindih sehingga sarkomer tampak sebagai gambaran
garis gelap dan terang. Daerah gelap pada sarkomer yang mengandung aktin dan
miosin dinamakan pita A, sedangkan daerah terang hanya mengandung aktin
dinamakan zona H. Sementara itu, di antara dua sarkomer terdapat daerah terang
yang dinamakan pita I (Suwarni, 1990).
Ketika otot berkontraksi, aktin dan
miosin bertautan dan saling menggelincir satu sama lain. Akibatnya zona H dan
pita I memendek, sehingga sarkomer pun juga memendek. Dalam otot terdapat zat
yang sangat peka terhadap rangsang disebut asetilkolin. Otot yang terangsang
menyebabkan asetilkolin terurai membentuk miogen yang merangsang pembentukan
aktomiosin. Hal ini menyebabkan otot berkontraksi sehingga otot yang melekat
pada tulang bergerak. Jika otot dirangsang berulang-ulang secara teratur dengan interval
waktu yang cukup, otot akan berelaksasi sempurna di antara 2 kontraksi. Namun
jika jarak rangsang singkat, otot tidak berelaksasi melainkan akan berkontraksi
maksimum atau disebut tonus. Jika otot terus-menerus berkontraksi, disebut
tetanus (Purnomo, 2001).
Saat berkontraksi, otot membutuhkan
energi dan oksigen. Oksigen diberikan oleh darah, sedangkan energi diperoleh
dari penguraian ATP (adenosin trifosfat) dan kreatinfosfat. ATP terurai menjadi
ADP (adenosin difosfat) + Energi. Selanjutnya, ADP terurai menjadi AMP
(adenosin monofosfat) + Energi. Kreatinfosfat terurai menjadi kreatin + fosfat
+ energi. Energienergi ini semua digunakan untuk kontraksi otot. Pemecahan
zat-zat akan menghasilkan energi untuk kontraksi otot berlangsung dalam keadaan
anaerob sehingga fase kontraksi disebut juga fase anaerob.
Energi yang membentuk ATP berasal dari penguraian gula otot atau glikogen yang tidak larut. Glikogen dilarutkan menjadi laktasidogen (pembentuk asam laktat) dan diubah menjadi glukosa (gula darah) + asam laktat. Glukosa akan dioksidasi menghasilkan energi dan melepaskan CO2 dan H2O. Secara singkat proses penguraian glikogen sebagai berikut. Proses penguraian glikogen terjadi pada saat otot dalam keadaan relaksasi. Pada saat relaksasi diperlukan oksigen sehingga disebut fase aerob (Sudjino. 2003).
Energi yang membentuk ATP berasal dari penguraian gula otot atau glikogen yang tidak larut. Glikogen dilarutkan menjadi laktasidogen (pembentuk asam laktat) dan diubah menjadi glukosa (gula darah) + asam laktat. Glukosa akan dioksidasi menghasilkan energi dan melepaskan CO2 dan H2O. Secara singkat proses penguraian glikogen sebagai berikut. Proses penguraian glikogen terjadi pada saat otot dalam keadaan relaksasi. Pada saat relaksasi diperlukan oksigen sehingga disebut fase aerob (Sudjino. 2003).
BAB V
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat kami
ambil adalah bahwa otot sinergis dan otot antagonis merupakan aplikasidari
gerakan alamiah yang dapat dititmbulkan oleh mekanisme gerak tubuh kita,
sehingga kehadirannya sangat dibutuhkan untuk menunjang gerakan yang ditimbulkan
oleh tubuh kita terutama pada saat kita sedang beraktivitas. Otot
merupakan alat gerak aktif.
DAFTAR PUSTAKA
Fictor F. 1996. Sistem Otot pada Manusia. Online. http://rudyregobiz.wordpress.com/2009/11/25/sistem-otot-pada-manusia.
Diakses 7 Mei 2012.
Hadisusanto. 1987. Sistem Alat Gerak Otot. Online. http://gurungeblog.wordpress.com/2008/11/04/sistem-alat-gerak-otot-pada-manusia.
Diakses 7 Mei 2012.
Moekti A. 1997. Sisitem Kerangka Otot Manusia. Online. http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/02/sistem-kerangka-dan-otot-manusia-5.
Diakses 7 Mei 2012.
Sudjino. 2003. Mekanisme gerak Otot. Online. http://www.sentra-edukasi.com/2011/07/mekanisme-gerak-otot-dan-sumber-energi.html.
Diakses 7 Mei 2012.
Trijoko, Suwarni. 1990. Jaringan Otot. Online. http://www.sentra-edukasi.com/2011/07/jaringan-otot.html. Diakses 7 Mei
2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar