Sabtu, 05 Mei 2012

laporan analisis vegetasi


                                                                  BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme dengan lingkungannya dan yang lainnya. Berasal dari kata Yunani oikos ("habitat") dan logos ("ilmu"). Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya. Istilah ekologi pertama kali dikemukakan oleh Ernst Haeckel (1834 - 1914). Dalam ekologi, makhluk hidup dipelajari sebagai kesatuan atau sistem dengan lingkungannya. Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik. Faktor abiotik antara lain suhu, air, kelembaban, cahaya, dan topografi, sedangkan faktor biotik adalah makhluk hidup yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroba. Ekologi juga berhubungan erat dengan tingkatan-tingkatan organisasi makhluk hidup, yaitu populasi, komunitas, dan ekosistem yang saling memengaruhi dan merupakan suatu sistem yang menunjukkan kesatuan (Ansari Fuad. 1975).
Analisis vegetasi ditujukan untuk mempelajari tingkat suksesi, evaluasi hasil pengendalian gulma, perubahan flora (shifting) sebagai akibat metode pengendalian tertentu dan evaluasi herbisida (trial) untuk menentukan aktivitas suatu herbisida terhadap jenis gulma di lapangan. Konsep dan metode analisis vegetasi sangat bervariasi tergantung keadaan vegetasi dan tujuan analisis. Metode yang digunakan harus disesuaikan dengan struktur dan komposisi vegetasi. Metode garis (line intercept) biasanya digunakan untuk areal yang luas dengan vegetasi semak rendah. Metode titik (point intercept) biasanya digunakan untuk pengamatan sebuah petak contoh dengan vegetasi yang tumbuh menjalar (creeping). Metode visual (visual emotion) dapat digunakan untuk suatu survey daerah yang luas dan tidak tersedia cukup waktu.
Vegetasi (dari bahasa Inggris: vegetation) dalam ekologi adalah istilah untuk keseluruhan komunitas tetumbuhan. Vegetasi merupakan bagian hidup yang tersusun dari tetumbuhan yang menempati suatu ekosistem. Beraneka tipe hutan, kebun, padang rumput, dan tundra merupakan contoh-contoh vegetasi. Analisis vegetasi biasa dilakukan oleh ilmuwan ekologi untuk mempelajari kemelimpahan jenis serta kerapatan tumbuh tumbuhan pada suatu tempat (Anggraini Sri. 1979).
Populasi adalah keseluruhan objek yang akan/ingin diteliti. Populasi ini sering juga disebut Universe. Anggota populasi dapat berupa benda hidup maupun benda mati, dimana sifat-sifat yang ada padanya dapat diukur atau diamati. Populasi yang tidak pernah diketahui dengan pasti jumlahnya disebut "Populasi Infinit" atau tak terbatas, dan populasi yang jumlahnya diketahui dengan pasti (populasi yang dapat diberi nomor identifikasi), misalnya murid sekolah, jumlah karyawan tetap pabrik, dll disebut "Populasi Finit". Suatu kelompok objek yang berkembang terus (melakukan proses sebagai akibat kehidupan atau suatu proses kejadian) adalah Populasi Infinitif (Duncan Robert et al. 1988).

1.2 Tujuan
Tujuan praktikum analisis vegetasi adalah untuk mengetahui spesies yang ditemukan pada masing-masing plot dengan teknik sapling.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Analisis vegetasi ditujukan untuk mempelajari tingkat suksesi, evaluasi hasil pengendalian gulma, perubahan flora (shifting) sebagai akibat metode pengendalian tertentu dan evaluasi herbisida (trial) untuk menentukan aktivitas suatu herbisida terhadap jenis gulma di lapangan. Konsep dan metode analisis vegetasi sangat bervariasi tergantung keadaan vegetasi dan tujuan analisis. Metode yang digunakan harus disesuaikan dengan struktur dan komposisi vegetasi. Metode garis (line intercept) biasanya digunakan untuk areal yang luas dengan vegetasi semak rendah. Metode titik (point intercept) biasanya digunakan untuk pengamatan sebuah petak contoh dengan vegetasi yang tumbuh menjalar (creeping). Metode visual (visual emotion) dapat digunakan untuk suatu survey daerah yang luas dan tidak tersedia cukup waktu (Anggraini Sri. 1979).
Pada umumnya pertumbuhan meningkat kalau temperatur naik dan menurun apabila temperatur turun. Namun kecepatan pertumbuhan ini tidak terus menerus bertambah dengan naiknya temperatur, oleh karena pada suatu saat timbul efek-efek membahayakan dan kecepatan pertumbuhan menurun. Analisis vegetasi adalah cara mempelajari susunan dan bentuk vegetasi (Ansari Fuad. 1975).
2.1  Pengelompokan berdasarkan Bentuk Tajuk dan Struktur Tanaman
Beberapa istilah yang sering digunakan dalam mengklasifikasikan tanaman secara arsitektural biasanya ditinjau dari tajuk, bentuk massa dan struktur tanaman. Menurut DPU (1996), pengertian dari beberapa istilah tersebut adalah:
a. Tajuk merupakan keseluruhan bentuk dan kelebaran maksimal tertentu dari ranting dan daun suatu tanaman.
b. Struktur Tanaman ialah bentuk tanaman yang terlihat secara keseluruhan.
Berdasarkan bentuk massa, tajuk dan struktur tanaman, Laurie (1986) dan Djuwita (2007) mengelompokkan tanaman menjadi :
a. Tanaman pohon
Tanaman pohon adalah jenis tanaman berkayu yang biasanya mempunyai batang tunggal dan dicirikan dengan pertumbuhan yang sangat tinggi. Tanaman berkayu adalah 176 tanaman yang membentuk batang sekunder dan jaringan xylem yang banyak. Biasanya, tanaman pohon digunakan sebagai tanaman pelindung dan centre point. Flamboyan dan dadap merah termasuk jenis tanaman pohon. Namun demikian pengelompokan pohon lebih dicirikan oleh ketinggiannya yang mencapai lebih dari 8m.
Beberapa jenis tanaman pohon  (a) cemara norflok, (b) keben, dan (c) trembesi
b. Tanaman perdu
Tanaman golongan perdu merupakan tanaman berkayu yang pendek dengan batang yang cukup kaku dan kuat untuk menopang bagian-bagian tanaman. Golongan perdu biasanya dibagi menjadi tiga, yaitu perdu rendah, perdu sedang, dan perdu tinggi. Bunga sikat botol, krossandra dan euphorbia termasuk dalam golongan tanaman perdu. Beberapa jenis tanaman perdu (a) bougenvile, (b) kembang sepatu, dan (c) nusa indah putih.


c. Tanaman semak (shrubs)
Tanaman golongan semak dicirikan dengan batang yang berukuran sama dan sederajat. Bambu hias termasuk dalam golongan tanaman ini. Pada umumnya tanaman ini mempunyai ketinggian di bawah 8 m. Beberapa contoh tanaman semak (a) heliconia, (b) Yucca, dan (c) sansivera.
d. Tanaman merambat (liana)
Tanaman golongan liana lebih banyak digunakan untuk tanaman rambat dan tanaman gantung. Liana dicirikan dengan batang yang tidak berkayu dan tidak cukup kuat untuk menopang bagian tanaman lainnya. Alamanda termasuk dalam golongan tanaman liana. Beberapa contoh tanaman merambat (a) monstera, (b) alamanda, dan (c) air mata pengantin.
e. Tanaman Herba, Terna, Bryoids dan Sukulen
Golongan herba (herbaceous) atau terna merupakan jenis tanaman dengan sedikit jaringan sekunder atau tidak sama sekali (tidak berkayu) tetapi dapat berdiri tegak. Kana dan tapak darah termasuk dalam golongan tanaman herba. Tanaman bryoids, terdiri dari lumut, paku-pakuan, dan cendawan. Ukurannya dibagi berdasarkan tinggi vegetasi. Bentuk dan ukuran daunnya ada yang besar, lebar, menengah, dan kecil (jarum dan rumput-rumputan) dan campuran. Tekstur daun ada yang keras, papery dan 179 sekulen. Coverage biasanya sangat beragam, ada tumbuhan yang sangat tinggi dengan penutupan horizontal dan luas, relatif dapat sebagai penutup, ada yang menyambung dan terpisah-pisah. Penutupan tumbuhan merupakan indikasi dari sistem akar di dalam tanah. Sistem akar sangat penting dan mempunyai pengaruh kompetisi pada faktor-faktor ekologi. Tanaman sekulen adalah jenis tanaman ’lunak’ yang tidak berkayu dengan batang dan daun yang mampu menyimpan cadangan air dan tahan terhadap kondisi yang kering. Kaktus termasuk dalam golongan tanaman sekulen. Beberapa contoh tanaman Herba (a) rhoeo, (b) lidah buaya, dan (c) opiopogon (Anggraini Sri. 1979).

2.2  Beberapa Tanaman Pohon yang ditemukan pada Plot
1. Jengkol
Jengkol atau Jering atau Pithecollobium Jiringa atau Pithecollobium Labatum adalah tumbuhan khas di wilayah Asia Tenggara, termasuk yang digemari di Malaysia, Thailand dan Indonesia terutama di wilayah Jawa Barat yang seharinya dikonsumsi 100 ton. Tanaman jengkol berupa pohon yang tingginya dapat mencapai 10-26 meter. Buahnya berupa polong berbentuk gepeng dan berbelit. Warna buahnya lembayung tua. Setelah tua, bentuk polong buahnya menjadi cembung dan di tempat yang mengandung biji ukurannya membesar. Tiap polong dapat berisi 5-7 biji. Bijinya berkulit ari tipis dan berwarna cokelat mengilap (Ansari Fuad. 1975).
Jengkol akan membuat kehebohan saat memasaknya dan setelah diproses oleh pencernaan, yaitu menimbulkan bau yang katanya tak sedap. Penyebab bau itu sebenarnya adalah asam-asam amino yang terkandung di dalam biji jengkol. Asam amino itu didominasi oleh asam amino yang mengandung unsur Sulfur (Ketika terdegradasi atau terpecah-pecah menjadi komponen yang lebih kecil, asam amino itu akan menghasilkan berbagai komponen flavor yang sangat bau, karena pengaruh sulfur tersebut. Salah satu gas yang terbentuk dengan unsur itu adalah gas H2S yang terkenal sangat bau (Duncan Robert et al. 1988).
 2. Tanaman Karet
Tanaman karet adalah tanaman tahunan yang dapat tumbuh sampai umur 30 tahun. Habitus tanaman ini merupakan pohon dengan tinggi tanaman dapat mencapai 15 – 20 meter. Modal utama dalam pengusahaan tanaman ini adalah batang setinggi 2,5 sampai 3 meter dimana terdapat pembuluh latek. Oleh karena itu fokus pengelolaan tanaman karet ini adalah bagaimana mengelola batang tanaman ini seefisien mungkin. Deskripsi untuk pengenalan tumbuhan karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.)
Tanaman karet memiliki sifat gugur daun sebagai respon tanaman terhadap kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan (kekurangan air/kemarau). Pada saat ini sebaiknya penggunaan stimulan dihindarkan. Daun ini akan tumbuh kembali pada awal musim hujan. Tanaman karet juga memiliki sistem perakaran yang ekstensif/menyebar cukup luas sehingga tanaman karet dapat tumbuh pada kondisi lahan yang kurang menguntungkan. Akar ini juga digunakan untuk menyeleksi klon-klon yang dapat digunakan sebagai batang bawah pada perbanyakan tanaman karet.
3. Tanaman Paku
Tumbuhan paku (atau paku-pakuan) adalah sekelompok tumbuhan yang telah memiliki sistem pembuluh sejati (kormus) tetapi tidak menghasilkan biji untuk reproduksinya. Alih-alih biji, kelompok tumbuhan ini masih menggunakan spora sebagai alat perbanyakan generatifnya, sama seperti lumut dan fungi. Tumbuhan paku tersebar di seluruh bagian dunia, kecuali daerah bersalju abadi dan daerah kering (gurun). Total spesies yang diketahui hampir 10.000 (diperkirakan 3000 di antaranya tumbuh di Indonesia), sebagian besar tumbuh di daerah tropika basah yang lembab. Tumbuhan ini cenderung menyukai kondisi air yang melimpah karena salah satu tahap hidupnya tergantung dari keberadaan air, yaitu sebagai tempat media bergerak sel sperma menuju sel telur. Tumbuhan paku pernah merajai hutan-hutan dunia di Zaman Karbon sehingga zaman itu dikenal sebagai masa keemasan tumbuhan paku. Serasah hutan tumbuhan pada zaman ini yang memfosil dan mengalami mineralisasi sekarang ditambang orang sebagai batu bara (Hertono, Broto.R. 1977).
Bentuk tumbuhan paku bermacam-macam, ada yang berupa pohon (paku pohon, biasanya tidak bercabang), epifit, mengapung di air, hidrofit, tetapi biasanya berupa terna dengan rizoma yang menjalar di tanah atau humus dan ental (bahasa Inggris frond) yang menyangga daun dengan ukuran yang bervariasi (sampai 6 m). Ental yang masih muda selalu menggulung (seperti gagang biola) dan menjadi satu ciri khas tumbuhan paku. Daun pakis hampir selalu daun majemuk. Sering dijumpai tumbuhan paku mendominasi vegetasi suatu tempat sehingga membentuk belukar yang luas dan menekan tumbuhan yang lain (James A. Davits. 1971).
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1  Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari kamis tanggal 22 Desember  2011, pada pukul 13.00 WIB s/d. Bertempat Taman Wisata Bukit Seguntang Palembang.

3.2 Alat dan Bahan   
Alat dan bahan yang digunakan adalah meteran, tali plastic, pancang, kantong plastic 1o buah, Koran, kamera.

3.3 Cara Kerja
Adapun cara pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.     Dibuat  petak contoh 25 cm x 25 cm dari petak tersebut dilakukan identifikasi jenis tumbuhan yang ada.
2.     Setelah itu dibuat petak dengan ukuran 2 x luasan sebelumnya 25 cm x 50 cm untuk mencari minimal area.
3.     Dilakukan lagi identifikasi jenis dan pembandingan dengan petak sebelumnya untuk diketahui jumlah penambahan jenis spesies dari tanaman.
4.     Dilakukan penambahan petak sampai dengan penambahan individu kurang dari 10 % dan jenis spesies tanaman yang ditemukan dicatat.
5.     Penambahan petak yang terakhir dengan luasan 10 m x 10 m penambahan semua jenis spesies tanaman dari pohon, semak, paku-pakuan dicatat dan disamakan dengan kelompok lain dan apabila tanaman tersebut tidak ada namanya maka dinamakan spesies A dan selanjutnya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
                        Data spesies yang ditemukan :
Plot
Spesies
Jumlah




1





Spesies A
Spesies B
Spesies F
Spesies G
Spesies C
Spesies H
Spesies I
Spesies J
Paku B
Seru




9




2
Spesies P
Spesies S
Spesies T
Spesies U
Spesies V
Spesies K
Spesies L
Spesies M
Spesies N
Spesies O
Paku B
Gadung




13







3
Spesies H
Spesies P
Spesies T
Spesies V
Spesies W
Spesies X
Spesies Y
Paku B
Seru
Gadung
Karet
Jengkol
Seding
lumut







13
 
Tabel spesies yang ditemukan pada masing-masing plot :
No
Spesies
Plot
1
11
111
1
Seru
V
-
V
2
Badung
-
V
V
3
Karet
-
-
V
4
Jengkol
-
-
V
5
Seding
-
-
V
6
Paku B
V
V
V
7
Spesies A
V
-
-
8
Spesies X
-
-
V
9
Spesies C
V
-
-
10
Spesies Y
-
-
V
11
Spesies E
V
-
-
12
Spesies F
V
-
-
13
Spesies G
V
-
-
14
Spesies H
V
-
V
15
Spesies I
V
-
-
16
Spesies J
V
-
-
17
Spesies K
-
V
-
18
Spesies L
-
V
-
19
Spesies M
-
V
-
20
Spesies N
-
V
-
21
Spesies O
-
V
-
22
Spesies P
-
V
V
23
Spesies S
-
-
V
24
Spesies T
-
V
V
25
Spesies U
-
V
-
26
Spesies V
-
V
V
27
Spesies W
-
-
V

Perhitungan :
I S        = Indeks kesamaan (dalam %)
C         = Spesies yang ditemukan pada ke-2 plot
a          = Spesies yang hanya ditemukan pada plot X
b          = Spesies yang hanya ditemukan pada plot Y
I S        =   x 100 %

Tidak ada komentar:

Posting Komentar