PRAKTIKUM IV
Judul : PERANGKAP WALANG SANGIT
Tanggal : 6 mei 2012
Alat : Adapun alat yang digunakan dalam praktikum
antara lain :
1. Kayu
2. Triplek
3. Palu
4. Gergaji
5. Kamera
6. Lem tikus
Bahan : Adapun alat yang digunakan dalam
praktikum antara lain :
1. Bangkai udang
Cara Kerja : Adapun cara kerja pada praktikum ini antara lain :
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Di potong kayu dan trpilek dengan ukuran yang ditentukan, kemudian dilekatkan
dengan paku.
3. Ditancapkan triplek tersebut kearea persawahan.
4. Diolesi triplek dengan lem tikus, lalu diletakkan bangkai udang
diatasnya.
5. Diamati selama 2 jam, hewan apa saja yang terperangkap dan kemudian
dicatat hasi pengamatannya.
Tinjauan Pustaka :
Pengendalian Hama Terpadu (PHT) merupakan bagian
dari pembangunan berkelanjutan. Pengertian tentang PHT adalah perpaduan
beberapa teknik pengendalian hama, dan juga dalam penerapannya. PHT timbul
karena karena manusia cenderung untuk menghabiskan makhluk-makhluk yang
dirasakan sangat merugikan (misal belalang, tikus, walang sangit, tikus dan
lain-lain) dengan menggunakan racun-racun yang membahayakan semua kehidupan. .
Salah satu hama yang banyak menyerang tanaman padi adalah walang sangit (Leptocorisa
acuta)
(Mardikanto, 1993).
Walang sangit (L. oratorius L) adalah hama yang menyerang tanaman padi setelah berbunga dengan
cara menghisap cairan bulir padi menyebabkan bulir padi menjadi hampa atau
pengisiannya tidak sempurna. Penyebaran hama ini cukup luas. Di Indonesia
walang sangit merupakan hama potensial yang pada waktu-waktu tertentu menjadi
hama penting dan dapat menyebabkan kehilangan hasil mencapai 50%. Diduga bahwa
populasi 100.000 ekor per hektar dapat menurunkan hasil sampai 25%. Hasil penelitian
menunjukkan populasi walang sangit 5 ekor per 9 rumpun padi akan menurunkan
hasil 15%. Hubungan antara kepadatan populasi walang sangit dengan penurunan
hasil menunjukkan bahwa serangan satu ekor walang sangit per malai dalam
satu minggu dapat menurunkan hasil 27% Kwalitas gabah (beras) sangat
dipengaruhi serangan walang sangit. Diantaranya menyebabkan meningkatnya Grain
dis-coloration. Sehingga serangan walang sangit disamping secara langsung
menurunkan hasil, secara tidak langsung juga sangat menurunkan kwalitas gabah
(Baeheki, 1992).
Di
lahan areal sawah petani dalam mengendalikan hama khususnya walang sangit
menggunaan perangkap yaitu dari bahan udang yang dibusukkan. Dengan cara
pengendalian tersebut intensitas kerusakan walang sangit dapat ditekan. Hasil
pengamatan dilapang menunjukkan bahwa pengendalian dengan menggunakan perangkap
bau busuk (udang) tersebut cukup efektif dibandingkan pengendalian lainnya dalam mengendalikan hama walang sangit. Adapun
fungsi dari penggunakan perangkap dari bahan udang yang dibusukkan tersebut
adalah untuk mengalihkan perhatian dari walang sangit tersebut karena dengan perangkap tersebut walang sangit lebih tertarik berkunjung ketempat perangkap tersebut dibandingkan pada bulir
padi. Pengandalian hama walang sangit dengan cara perangkap busuk tersebut yang
dipasang ditepi-tepi sawah dengan jarak antar perangkap 10-15 m tersebut cukup
efektif perangkap bau busuk tersebut
untuk makan dan mengisap cairannya. Walang sangit lebih tertarik kepada
bau-bauan tersebut dibandingkan makan pada padi yang sedang berbunga sampai matang susu (Borror, 1992).
Menurut
Sunjaya (1970) banyak diantara jenis-jenis serangga tertarik oleh bau-bauan
dipancarkan oleh bagian tanaman yaitu bunga, buah atau benda lainnya. Zat yang
berbau tersebut pada hakekatnya adalah senyawa kimia yang mudah menguap seperti
pada perangkan bau busuk tersebut. Dengan demikian intensitas kerusakan bulir/biji padi dapat dihindari dengan cara perangkap bau tersebut.
Dilihat dari lingkungan tidak mempengaruhi terutama keberadaan musuh alami
(predator dan parasitoid) di lahan lebak tersebut. Dari hasil pengamatan
terhadap musuh alami populasi predator jenis laba-laba, kumbang karabit dan belalang minyak
dan jenis parasitoid lainnya populasi cukup tinggi. Dan ada pula cara lain
yaitu dengan menggunakan obor dan asap
tetapi hasilnya kurang memuaskan, karena
cara tersebut selain dapat menarik walang sangit tetapi juga dapat menarik
serangga-serangga lain terutama jenis musuh alaminya ikut terbunuh. Adapun cara
perangkap bau busuk tersebut bukan mematikan hama walang sangit tetapi, hanya
mengalihkan perhatian sehingga dapat menghindari serangan hama tersebut pada
padi.
Pengendalian Serangan walang sangit dapat dikendalikan dengan berbagai cara
misalnya melakukan penanaman serempak pada suatu daerah yang luas sehingga koloni walang
sangit tidak terkonsentrasi di satu tempat sekaligus menghindari kerusakan yang
berat. Pada awal fase generstif dianjurkan untuk menanggulangi walang
sangit dengan perangkap dari tumbuhan rawa Limnophila sp., Ceratophyllum
sp., Lycopodium sp. dan bangkai hewan
: kodok, kepiting, udang dan sebagainya. Walang sangit yang tertangkap lalu
dibakar. Parasit telur walang sangit yang utama adalah Gryon nixoni dan parasit telur lainnya adalah Ooencyrtus
malayensis (Baeheki, 1992).
Walang sangit dapat tertarik pada bau-bau tertentu seperti bangkai
dan kotoran binatang, beberapa jenis rumput seperti Ceratophyllum dermesum L, C. Submersum L, Lycopodium
carinatum D, dan Limnophila spp. Apabila walang sangit
sudah terpusat pada tanaman perangkap, selanjutnya dapat diberantas secara
mekanik atau kimiawi (Natawigena, 1990).
Pengendalian kimiawi
dilakukan dengan menggunakan insektisida yang dianjurkan dan aplikasinya
didasarkan pada hasil pengamatan. Apabila terdapat dua ekor walang sangit per
meter persegi (16 rumpun) saat padi berbunga serempak sampai masaka susu, saat
itulah dilakukan penyemprotan. Walang sangit dewasa dapat dikendalikan dengan
insektisida monokrotofos. Insektisida yang efektif terhadap walang sangit
adalah BPMC dan MICP. Pengendalian
secara biologi dengan beberapa
penelitian telah dilakukan terutama pemanfaatan parasitoid dan jamur masih
skala rumah kasa atau semi lapang. Parasitoid yang mulai diteliti adalah O. malayensis sedangkan jenis jamurnya adalan Beauveria sp
dan Metharizum sp (Harahap dan Tjahyono, 1997).
Menurut Baeheki (1992) Hama ini dapat dikendalikan melalui
beberapa langkah, yaitu:
·
Mengendalikan
gulma, baik yang ada di sawah maupun yang ada disekitar pertanaman.
·
Meratakan
lahan dengan baik dan memupuk tanaman secara merata agar tanaman tumbuh seragam.
·
Menangkap
walang sangit dengan menggunakan jarring sebelum stadia pembungaan.
·
Mengumpan
walang sangit dengan ikan yang sudah busuk, daging yang sudah rusak, atau
dengan kotoran ayam.
·
Menggunakan
insektisida bila diperlukan dan sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari
ketika walang sangit berada di kanopi.
Hasil dan Pembahasan :
1.
Hasil
Gambar hasil
pengamatan
Hama yang
terperangkap
|
Keterangan
|
|
Hama walang sangit tidak ada yang terperangkap
pada perangkap yang kami pasang, tetapi ada hama lain yang terperangkap pada
perangkap yang dipasang dipetakan persawahan yaitu: Hama belalang.
|
2.
Pembahasan
Dari hasil praktikum tentang
perangkap walang sangit yang menggunakan bangkai udang dinyatakan gagal namun didapatkan
serangga lain yaitu satu belalang yang terperangkap, sedangkan pada kelompok
lain tidak hanya belalang tapi ada juga serangga lain yang terperangkap seperti
lalat, nyamuk, belalang, semut dan lain-lain. Praktikum ini dilakukan pada pengamatan
yang terbatas yaitu waktu pengamatan
sekitar 2 jam pada tanaman padi yang masih berumur muda atau belum menghasilkan
buah, jadi hasil yang kami dapatkan banyak ditemui seperti hama belalang dan
jenis lalat yang ada disekitar areal sawah, sedangkan walang sangitnya tidak
terlihat atau terperangkap. Seperti yang
diungkapkan Mudjiono (1991) Walang sangit (L.
oratorius L) adalah hama
yang menyerang tanaman padi setelah berbunga dengan cara menghisap cairan bulir
padi menyebabkan bulir padi menjadi hampa atau pengisiannya tidak sempurna. Pada masa tidak ada pertanaman padi
atau tanaman padi masih stadia vegetatif, dewasa walang sangit bertahan
hidup/berlindung pada barbagai tanaman yang terdapat pada sekitar sawah.
Setelah tanaman padi berbunga dewasa walang sangit pindah ke pertanaman padi
dan berkembang biak satu generasi sebelum tanaman padi tersebut dipanen.
Banyaknya generasi dalam satu hamparan pertanaman padi tergantung dari lamanya
dan banyaknya interval tanam padi pada hamparan tersebut. Makin serempak tanam
makin sedikit jumlah generasi perkembangan hama walang sangit.
Menurut Maspary (1990) ada hal yang perlu diperhatikan
tentang hama walang sangit ini, yaitu bahwa hama ini memakan inangnya dengan
cara menghisap. Walang sangit menjadi hama pada tanaman padi ketika dia
menghisap cairan yang berada di bulir padi. Oleh karena itu walang sangit akan
menjadi hama ketika menyerang padi yang telah mulai masuk pada fase pengisian
bulir. Lebih jelasnya bahwa walaupun ada walang sangit pada tanaman padi kita
tetapi jika tanaman padi tersebut tidak dalam fase pengisian bulir maka walang
sangit tersebut bukanlah hama dan tidak perlu kita kendalikan.
Hasil yang kami
dapat yaitu belalang. Seperti yang
diungkapkan Moenandir (1990) Belalang merupakan spesies subtropis yang hidup
mengelompok, yang berkembang biak dengan cepat pada awal musim hujan. Satu
kawanan serangga jenis ini mampu menyerang 1200 kilometer persegi dalam
satu waktu dan setiap kilometer perseginya
mencapai 40-80 juta belalang.
Belalang hidup bersendirian sehingga hujan turun. Hujan mengakibatkan
tumbuhan tumbuh dan menggalakkan penghasilan telur yang telah dihasilkan dalam
tanah berpasir. Tumbuhan baru ini menghasilkan makanan untuk belalang yang baru
menetas dan memberikan mereka perlindungan sehingga mereka membesar menjadi
serangga dewasa bersayap. Apabila tumbuhan tersebar dalam cara tertentu
sehingga belalang terpaksa berkumpul untuk makan, dan terdapat hujan yang cukup
untuk kebanyakan telur menetas, memaksa hubungan fizikal antara kaki belakang
serangga bersentuhan sesama sendiri. Ini mengakibatkan peningkatan kadar
metabolik dan perubahan tingkah-laku yang mengakibatkan perubahan serangga dari
tingkah-laku bersendirian kepada tingkah-laku berkelompok (gregarious ).
Apabila belalang menjadi berkelompok mereka bertukar warna dari hijau kepada
hitam dan kuning, badan mereka berubah menjadi pendek, dan mereka menghasilkan
hormon yang menyebabkan kesemua mereka berkumpul pada satu kawasan, dan
menggalakkan pembentukan kawanan (Mudjiono, 1991).
Belalang menyerang
tanaman padi pada bagian daun yang masih muda berumur 45 hari pada fase
vegetatif. Alat mulut pada belalang menggigit dan mengunyah dicirikan dengan
adanya mandibula yang berfungsi untuk memotong bahan makanan dan bersama
bagian lain digunakan untuk mengunyah makanan. Pada bagian tanaman padi
yang diserang hama belalang akan ditandai bekas gigitan dan pertumbuhan
menjadi terhambat. Mikrohabitat belalang terdapat pada bagian daun dari tanaman
padi yang masih muda (Borror, 1992).
Walang sangit adalah salah satu hama utama padi.
Hama ini biasanya tertarik pada nyala obor atau lampu. Selain itu, walang
sangit juga menyukai bangkai binatang seperti bangkai burung, ketam, tikus dan udang. Keberadaannya dapat diketahui
dengan adanya bau khas yang tersebar. Pengendalian walang sangit ini dilakukan
secara mekanis yaitu dengan menggunakan perangkap. Walang sangit juga dapat
menyerang sorgum, tebu, dan gandum. Serangga ini aktif pada pagi dan sore hari,
dan dapat terbang sangat jauh pada malam hari (Natawigena, 1990).
Seperti yang
diungkapkan Baehaki (1992) Sebelum tanaman padi ditanam atau pada saat
padi dalam masa vegetatif, imago dapat bertahan hidup pada gulma dan tumbuhan
yang ada disekitar sawah. Imago walang sangit baru mulai pindah setelah
tanaman padi berbunga. Nimfa dan imago menghisap bulir padi pada fase matang
susu. Serangga ini juga dapat menghisap cairan batang padi. Tidak seperti kepik
lain, walang sangit tidak melubangi bulir padi pada waktu menghisap, tetapi
menusuk melalui rongga di antara lemma dan palea. Nimfa lebih aktif dari pada
imago, tetapi imago dapat merusak lebih hebat karena hidupnya yang lebih lama.
Hilangnya cairan
biji menyebabkan biji padi menjadi mengecil tetapi jarang yang menjadi hampa
karena walang sangit tidak dapat mengosongkan seluruh isi biji yang sedang
tumbuh. Jika bulir yang matang susu tidak tersedia, walang sangit juga masih
dapat menyerang atau menghisap bulir padi yang mulai mengeras dengan cara
mengeluarkan enzim yang dapat mencerna karbohidrat. Dalam prosesnya walang
sangit mengkontaminasi biji dengan mikroorganisme yang dapat mengakibatkan biji
berubah warna dan rapuh. Kerusakan dalam fase ini lebih bersifat kualitatif.
Pada proses penggilingan, bulir-bulir padi akan rapuh dan mudah patah. Walang
sangit juga bisa menjadi vektor patogen Helminthosporium oryzae
(Rismunandar, 2003).
Menurut Rukmana dan Sugandi (1997) kehidupan dan
perkembangan serangga hama tanaman dipengaruhi oleh banyak faktor, meliputi
faktor dalam yang dimiliki jenis serangga itu sendiri dan faktor luar yaitu
kondisi lingkungan tempat serangga hama melakukan aktivitasnya.
Faktor dalam kondisi lingkungan meliputi kemampuan berkembang biak, sifat
mempertahankan diri dan umur imago. Sedangkan faktor luar kondisi lingkungan
meliputi iklim (suhu), kelembaban, cahaya, curah hujan dan angin.
Kesimpulan :
Dari praktikum yang kami lakukan tentang
perangkap walang
sangit (L. oratorius L) yang didapat adalah hama belalang.
Walang sangit merupakan hama yang menyerang tanaman padi setelah berbunga
dengan cara menghisap cairan bulir padi menyebabkan bulir padi menjadi hampa
atau pengisiannya tidak sempurna. Pada
masa tidak ada pertanaman padi atau tanaman padi masih stadia vegetatif, dewasa
walang sangit bertahan hidup/berlindung pada barbagai tanaman yang terdapat
pada sekitar sawah.
Daftar Pustaka :
Baeheki.
1992. Laporan Praktikum Perangkap Walang
Sangit. Online. http://www.scribd.com/doc/42591407/Laporan-Praktikum-Ilmu-Hama-Tanaman.
Diakses 8 Juni 2012.
Borror.
1992. Cara Mengendalikan Hama Walang Sangit.
Online. http://www.gerbangpertanian.com/2011/05/cara-mengendalikan-hama-walang-sangit.html. Diakses 8 Juni
2012.
Harahap
dan Tjahyono. 1997.http://mencholeo.wordpress.com/2011/05/20/membuat-perangkap-untuk-hama-wereng-walang-sangit-dan-kepik-hitam/
Mardikanto.
1970.Walang Sangit. Online. http://riostones.blogspot.com/2009/08/walang-sangit-leptocorisa-acuta.html. Diakses 7 Juni
2012.
Moenandir dan Natawigena. 1990. Laporan Praktikum Walang Sangit. Online.
http://wanty-pristiarini.blogspot.com/2012/01/laporan-8.html. Diakses 8 Juni 2012.
Mudjiono. 1991. Cara Mengendalikan Hama. Online. http://www.gerbangpertanian.com/2011/05/cara-mengendalikan-hama-walang-sangit.html. Diakses 8 juni 2012.
Rismunandar.
2003. Gejala Hama Walang Sangit. Online.http://nusantarastore.com/herbal-samarinda/search/gejala-gejala-hama-walang-sangit.
Diakses 8 Juni 2012.
Sugandi.
1997.Pengendalian Walang Sangit. Online.
http://dolpina.wordpress.com/2011/03/09/pengendalian-walang-sangit. Diakses 8 Juni
2012.
Sunjaya, P.I.
1970. Dasar-Dasar Serangga. Bagian Ilmu Hama Tanaman Pertanian. IPB.Bogor.