Kamis, 01 November 2012



PRAKTIKUM I

Judul      : PENGARUH PENGGUNAAN SERBUK DAUN KEMANGI UNTUK   PENGENDALIAN KUMBANG BERAS
Tanggal    : 10 Maret 2012
Alat           :  Adapun alat yang digunakan dalam praktikum antara lain :
1.    Tissue
2.    Aqua gelas 5 buah
3.    Kertas kasar
4.    Karet
5.    Gunting
Bahan       : Adapun alat yang digunakan dalam praktikum antara lain :
1.   Kumbang beras
2.   Serbuk daun kemangi
3.   Beras tanpa pestisida
Cara Kerja : Adapun cara kerja pada praktikum ini antara lain :
1.   Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2.   Disiapkan aqua gelas dan diberi label pada masing-masing aqua gelas, kemudian diisi dengan beras yang tidak mengandung pestisida sebanyak 10 biji.
3.   Dimasukkan serbuk daun kemangi sesuai dengan takaran yang telah ditentukan pada masing-masing aqua gelas, kecuali pada aqua control dan dihomogenkan.
4.   Dimasukkan kutu beras sebanyak 3 ekor kedalam masing-masing aqua gelas, kemudian ditutup dengan kain kasar dan dilapisi dengan tisu lalu diikat dengan karet.
5.   Diletakkan pada suhu kamar, setelah itu diamati jumlah beras yang utuh, jumlah beras yang tidak utuh, serta jumlah kutu beras yang hidup dan yang mati selama satu minggu.

Tinjauan Pustaka      :
Hama gudang adalah hama yang menyerang komoditas hasil tanaman yang disimpan di gudang. Seperti Sitophilus sp, Trigoderma sp, Tribolium sp, Corcyra sp, Cryptolestes.  Hama gudang pada umumnya serangga yang menyerang produk ditempat penyimpanan (gudang). Hama gudang berpotensi  menyebabkan kehilangan hasil selama produk dalam penyimpanan. Kumbang beras atau kutu adalah serangga yang tidak bersayap dan berukuran kecil, yang dalam bahasa Inggris mencakup flea (kutu yang melompat, ordo Siphonaptera) dan louse (kutu yang lebih suka merayap, kebanyakan ordo Phtiraptera yangn semuanya adalah parasit). Dalam bahasa Indonesia keduanya tidak dibedakan, malah mencakup juga sebagian dari kerabat wereng (ordo Hemiptera) dan beberapa anggota ordo Coleoptera (Winarno, 1993).
Sebagian besar penduduk dunia saat ini mengkonsumsi beras sebagai bahan pangan utama, yaitu sebagai bahan penghasil tenaga (karbohidrat). Gabah dari sawah kemudian diolah di penggilingan padi (rice mill) muncullah beras untuk siap dimasak menjadi nasi Sitophilus sp adalah merupakan hama yang paling banyak menyerang beras dalam simpanan, bahkan beras dalam kemasan pun setelah kita beli dari supermarket misalnya sering kita lihat ada beberapa ekor sejenis kutu Padi (Oryza sativa L) (Naynienay, 2008).
            Komoditi beras merupakan komoditi primer, sehingga dalam penyimpanannya perlu diperhatikan sehingga serangan kutu tersebut dapat dikendalikan. Pada prinsipnya kerusakan komoditas dalam penyimpanan dipengaruhi oleh empat faktor utama yaitu bahan yang disimpan, gudang tempat penyimpanan, lingkungan sekitar gudang dan perlakuan untuk mempertahankan kualitas beras serta interaksi antara keempat faktor tersebut. Adapun faktor lingkungan yang dimaksud adalah : kebersihan dan ketaraturan lingkungan penyimpanan, kelembaban ruangan (RH), kadar air dalam komoditi. Gudang yang kotor banyak lekukan atau sampah dapat dijadikan tempat bersembunyinya kutu beras Sitophilus sp. Semakin lembab ruang penyimpanan semakin gampang terkena serangan kutu beras. Semakin tinggi kadar air semakin mudah terserang kutu beras. Kadar air ideal beras dalam impanan adalah Fumigasi dilakukan pada tumpukan beras/staple dengan menggunakan gas phosphin. Metil bromida yang cukup efektif saat ini sudah tidah boleh digunakan lagi untuk komoditi pangan. Kontrol atmosfer dapat menggunakan gas CO2 dan N2 dalam stapel yang disungkup. Kemasan hampa hanya dapat dilakukan untuk skala kecil, bila diaplikasikan pada skala besar maka biaya yang mungkin timbul akan tinggi sekali. Agar pengendalian kutu beras hasilnya maksimal maka harus dikombinasikan dengan beberapa cara pengendalian sekaligus (Kartasapoetra, 1994).
Untuk mengurangi pemakaian pestisida kimia maka pestisida nabati tentunya dapat digunakan sebagai alternatif pengendalian serangga. Pestisida yang berasal dari tumbuhan merupakan salah satu cara pengendalian yang mempunyai prospek untuk digunakan petani karena efektif dan aman terhadap lingkungan, mudah dibuat, residunya mudah hilang dan juga sangat terjangkau oleh daya beli  (Sudarmo, 1991).
Salah satu tanaman yang memiliki senyawa yang dapat digunakan sebagai pestisida nabati yaitu kemangi. Bagian dari tanaman kemangi yang digunakan adalah daun. Daun kemangi berdasarkan senyawa utama (bahan aktif) dalam minyak yang dimilikinya, maka dapat dibedakan menjadi 4 tipe yaitu: (1) tipe Eropa (methyl chavicol, linalool), (2) tipe Reunion (methyl chavicol, camphor), (3) tipe methyl cinnamate, dan (4) tipe eugenol (eugenol). Pada konsentrasi tinggi, senyawa methyl  memiliki keistimewaan sebagai antraktan. Dalam hal ini hama serangga tidak mampu memakan bagian tanaman yang disukainya. Sedangkan pada konsentrasi rendah, bersifat sebagai racun perut yang bisa mengakibatkan kematian bagi serangga (Mulyaman, dkk. 2005).
Ekstrak daun kemangi dapat dimanfaatkan untuk menanggulangi hama kumbang beras. Kemangi merupakan salah satu bahan alami yang dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati yang sangat berperan dalam mengendalikan hama kumbang beras dan ulat. Pada pengendalian hama gudang atau kumbang beras dengan serbuk kemangi akan mempengaruhi siklus hidup dan daya tetas serta membuat kumbang beras mati karena aroma dari kemangi. Aroma khasnya berasal dari kandungan sitral yang tinggi pada daun dan bunganya (Tjitrosoepomo, 1994).

Hasil dan pembahasan  :
1.   Hasil
Tabel hasil dari pengamatan kumbang beras
Perlakuan
Jumlah kumbang beras yang hidup
Jumlah kumbang beras yang mati
Jumlah biji beras yang utuh
Jumlah biji beras yang tidak utuh
1
2
1
9
1
II
2
1
10
-
III
-
3
9
1
IV
1
2
9
-
V
1
2
10
-

Grafik dari pengamatan kumbang beras



2.       Pembahasan
Dari hasil praktikum ini dibahas tentang tabel pengamatan kumbang beras dimana dilihat jumlah kumbang beras yang hidup, jumlah kumbang beras yang mati, jumlah biji beras yang utuh dan jumlah biji beras yang tidak utuh.  Pada perlakuan ke-I yaitu perlakuan kontrol, dimana tidak diberi serbuk kemangi. Jumlah kumbang beras yang hidup terdapat 2 dan jumlah kumbang beras yang mati ada 1, kumbang beras mati bisa dikarenakan suhu kamar yang panas dan penempatannya pada lemari dan tidak ada jendela untuk ventilasi akibatnya mempengaruhi kumbang beras dan suhu kamar yang normal hanya 25°C sehingga  kalau melebih menyebabkan matinya kumbang beras karena suhu yang terlalu panas. Seperti yang diungkapkan Kartasapoetra (1991) Kriteria kehidupan hama produk pertanian dalam simpanan memerlukan keadaan suhu udara dan temperatur minimum dan maksimum. Biasanya batas antara temperatur minimum dan maksimum yaitu antara 5°C sampai 45°C. Temperatur optimum yang diperlukan bagi perkembangan serangga adalah 25°C sampai 35°C. Sedangakan jumlah biji beras yang utuh ada 1 dan jumlah biji beras yang tidak utuh ada 9. Disini beras hanya dimakan sedikit oleh kumbang beras, karena hanya terlihat patah. Dari beras yang diamati dapat dilihat apakah ditemukan telur, larva dan pupa. Tetapi karena waktu praktikum yang hanya satu minggu, sehingga tidak ditemukan perubahan pada siklus hidupnya.
Pada perlakuan ke-2 jumlah kumbang beras yang hidup dan  jumlah kumbang beras yang mati sama dengan perlakuan ke-I, hanya pada jumlah biji beras yang utuh ada 10 dan jumlah biji beras yang tidak utuh tidak ada yang patah atau rusak. Sedangkan pada perlakuan ke-3 semua kumbang beras mati, dan jumlah biji beras yang utuh tinggal 9 dan yang 1 rusak. Semakin tinggi konsentrasi serbuk kemangi yang diberikan maka semakin tinggi tingkat kematian. Menurut Natawigena (1985) Pengaruh serbuk kemangi mempengaruhi hidupnya karena Kemangi merupakan salah satu bahan alami yang dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati yang sangat berperan dalam mengendalikan hama kutu termasuk kumbang beras.
Hama ini menginfestasi biji di lapangan dan di gudang. Kumbang betina menggerek biji dan meletakkan telurnya secara tunggal yang ditutupi cairan gelatin. Seekor kumbang betina dapat bertelur sampai 300-500 butir dalam 4-5 bulan. Telur menetas setelah 3 hari. Urat kakinya tidak berkembang, gemuk pendek, dan berwarna keputihan dengan kepala berwarna cokelat. Larva menjadi sempurna dalam waktu 36 hari. Lama hidup kumbang ini adalah 4-5 bulan. Dalam satu tahun kumbang ini mengalami 5-7 generasi (Sudarmo, 1991).
Daun kemangi mengandung minyak atsiri (metyl lxhaficol ) saponin, flafonoid, dan tanin. Aroma khasnya berasal dari kandungan sitral yang tinggi pada daun dan bunganya yang dapat mengendalikan hama kumbang beras. Seperti yang diungkapkan  Mulyaman (2005) Perkembangan atau kemunduran suatu populasi serangga hama dipengaruhi oleh : Faktor genetik atau faktor bawaan. Faktor ekologi antara lain : faktor makanan, faktor iklim, faktor musuh alamiah dan kegiatan manusia. Keempat faktor tersebut mempengaruhi kehidupan serangga baik secara bersama-sama atau sendiri-sendiri.
Zat yang terkandung dalam daun kemangi menimbulkan rasa ketidak sukaan pada serangga. Sehingga untuk memperoleh kelangsungan hidupnya maka serangga harus mencari tempat yang sesuai, dengan cara keluar dari bahan yang diberi perlakuan daun kemangi tersebut. Semakin banyak daun kemangi yang diberikan maka daya tolaknya terhadap serangga pun akan lebih cepat (Kartasapoetra, 1991).
Pada perlakuan ke-4 jumlah kumbang beras yang hidup ada 1 dan, jumlah kumbang beras yang mati ada 2, jumlah biji beras yang utuh ada 9 dan jumlah biji beras yang tidak utuh ada 1. Sedangkan pada perlakuan ke-5 jumlah kumbang beras yang hidup, jumlah kumbang beras yang mati sama dengan perlakuan yang ke-4, jumlah biji beras yang utuh 10 dan jumlah biji beras yang tidak utuh tidak ada. Menurut Kartasapoetra (1991) Makanan adalah faktor yang menentukan dalam kehidupan serangga. Makanan yang cocok dan cukup sangat berpengaruh terhadap perkembangbiakan serangga. Syarat mutlak untuk pertumbuhan dan perkembangan serangga adalah tersedianya makanan yang cocok dan sesuai. Ternyata pengaruh kemangi sangat besar bagi siklus hidup kumbang beras (Jamal, 1994).
Tanaman kemangi berdasarkan senyawa utama (bahan aktif) dalam minyak yang dimilikinya, maka dapat dibedakan menjadi 4 tipe yaitu: (1) tipe Eropa (methyl chavicol, linalool), (2) tipe Reunion (methyl chavicol, camphor), (3) tipe methyl cinnamate, dan (4) tipe eugenol (eugenol). Senyawa methyl eugenol tertinggi terdapat pada tipe eugenol yang berfungsi sebagai penarik (atraktan) lalat buah (B. Dorsalis) senyawa utama tersebut mampu menarik hama lalat buah jantan masuk ke dalam perangkap. Selain berperan sebagai atraktan, pestisida nabati dapat diaplikasikan dengan cara yang sangat sederhana yaitu dengan mengumpulkan daun kemangi segar, kemudian dikeringkan.  Hal ini disebabkan karena kemangi mengandung fenol (tynol) yang cukup tinggi mencapai 22,9-65,5 mg/g berat kering yang mampu berfungsi sebagai repellent dan anti microbial  (Kartasapoetra, 1994).

Kesimpulan     :
Pada praktikum ini dapat disimpulkan bahwa pengaruh serbuk kemangi terhadap pengendalian kumbang beras sangat berpengaruh pada pertumbuhan siklus hidup kumbang beras tersebut. Dimana dapat dilihat banyak kumbang beras yang mati dari pada yang hidup dan pada perlakuan kontrol yang tidak diberi serbuk kemangi juga dapat mati dan kemungkinan karena faktor lain, misalnya faktor suhu yang mempengaruhi siklus hidupnya. Kemangi merupakan salah satu bahan alami yang dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati yang sangat berperan dalam mengendalikan hama kutu termasuk kumbang beras. Daun kemangi mengandung minyak atsiri (metyl lxhaficol ) saponin, flafonoid, dan tanin. Aroma khasnya berasal dari kandungan sitral yang tinggi pada daun dan bunganya.






Daftar Pustaka  :
Jamal. 1994. Hama Gudang. Online. http://pengendalianhama.com/tentang-hama-gudang/. Diakses 3 Juni 20012.

Kartasapoetra. 1994. Kumbang Beras atau Serangga. Online.  ttp://id.wikipedia.org/wiki/Serangga#cite_ref-Study_of_Insect.Ed-7_1-10. Diakses 3 Juni 2012.


Natawigena. 1985. Ekstrak Serbuk Kemangi. Online. http://journalvertise.blogspot.com/2009/03/kemangi-ocimum-basilicum.html. Diakses 3 juni 2012.


Sudarmo. 1991. Laporan Praktikum Hama Gudang. Online. http://www.blogspot.lwporwn-prwktikum-hama-gudang.html. Diakses 3 Juni 2012.

Tjitrosoepomo. 1994. Budidaya Kemangi. Online. http://budiboga.blogspot.com/2006_06_01_archive.html. Diakses 3 Juni 2012.

Winarno. 1993. Pengaruh serbuk Kemangi Terhadap Kumbang Beras.   Online. http://www.searchresults.com/web?q=pengaruh+serbuk+kemangi+terhadap+kumbang+beras&qsrc. Diakses 3 Juni 2012.