PRAKTIKUM
I
Judul : PENGARUH PENGGUNAAN SERBUK DAUN KEMANGI
UNTUK PENGENDALIAN KUMBANG BERAS
Tanggal : 10 Maret 2012
Alat : Adapun
alat yang digunakan dalam praktikum antara lain :
1. Tissue
2. Aqua
gelas 5 buah
3. Kertas
kasar
4. Karet
5. Gunting
Bahan : Adapun alat yang
digunakan dalam praktikum antara lain :
1.
Kumbang beras
2.
Serbuk daun kemangi
3.
Beras tanpa pestisida
Cara
Kerja : Adapun cara kerja pada praktikum ini antara lain :
1. Disiapkan
alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Disiapkan
aqua gelas dan diberi label pada masing-masing aqua gelas, kemudian diisi
dengan beras yang tidak mengandung pestisida sebanyak 10 biji.
3. Dimasukkan
serbuk daun kemangi sesuai dengan takaran yang telah ditentukan pada
masing-masing aqua gelas, kecuali pada aqua control dan dihomogenkan.
4. Dimasukkan
kutu beras sebanyak 3 ekor kedalam masing-masing aqua gelas, kemudian ditutup dengan
kain kasar dan dilapisi dengan tisu lalu diikat dengan karet.
5. Diletakkan
pada suhu kamar, setelah itu diamati jumlah beras yang utuh, jumlah beras yang
tidak utuh, serta jumlah kutu beras yang hidup dan yang mati selama satu minggu.
Tinjauan
Pustaka :
Hama gudang adalah hama
yang menyerang komoditas hasil tanaman yang disimpan di gudang. Seperti Sitophilus sp, Trigoderma sp, Tribolium sp,
Corcyra sp, Cryptolestes. Hama gudang pada umumnya serangga yang menyerang
produk ditempat penyimpanan (gudang). Hama gudang berpotensi menyebabkan
kehilangan hasil selama produk dalam penyimpanan. Kumbang beras atau kutu
adalah serangga
yang tidak bersayap dan berukuran kecil, yang dalam bahasa
Inggris mencakup flea
(kutu yang melompat, ordo Siphonaptera)
dan louse (kutu yang lebih suka
merayap, kebanyakan ordo Phtiraptera
yangn semuanya adalah parasit).
Dalam bahasa Indonesia
keduanya tidak dibedakan, malah mencakup juga sebagian dari kerabat wereng
(ordo Hemiptera)
dan beberapa anggota ordo Coleoptera
(Winarno, 1993).
Sebagian besar penduduk dunia saat
ini mengkonsumsi beras sebagai bahan pangan utama, yaitu sebagai bahan
penghasil tenaga (karbohidrat). Gabah dari sawah kemudian diolah di
penggilingan padi (rice mill) muncullah beras untuk siap dimasak menjadi nasi Sitophilus
sp adalah merupakan hama
yang paling banyak menyerang beras dalam simpanan, bahkan beras dalam kemasan
pun setelah kita beli dari supermarket misalnya sering kita lihat ada beberapa ekor sejenis kutu Padi (Oryza
sativa L) (Naynienay, 2008).
Komoditi
beras merupakan komoditi primer, sehingga dalam penyimpanannya perlu
diperhatikan sehingga serangan kutu tersebut dapat dikendalikan. Pada
prinsipnya kerusakan komoditas dalam penyimpanan dipengaruhi oleh empat faktor
utama yaitu bahan yang disimpan, gudang tempat penyimpanan, lingkungan sekitar
gudang dan perlakuan untuk mempertahankan kualitas beras serta interaksi antara
keempat faktor tersebut. Adapun faktor lingkungan yang dimaksud adalah :
kebersihan dan ketaraturan lingkungan penyimpanan, kelembaban ruangan (RH),
kadar air dalam komoditi. Gudang yang kotor banyak lekukan atau sampah dapat
dijadikan tempat bersembunyinya kutu beras Sitophilus sp. Semakin lembab ruang penyimpanan
semakin gampang terkena serangan kutu beras. Semakin tinggi kadar air semakin
mudah terserang kutu beras. Kadar air ideal beras dalam impanan adalah Fumigasi
dilakukan pada tumpukan beras/staple dengan menggunakan gas phosphin. Metil bromida
yang cukup efektif saat ini sudah tidah boleh digunakan lagi untuk komoditi
pangan. Kontrol atmosfer dapat menggunakan gas CO2 dan N2 dalam stapel yang
disungkup. Kemasan hampa hanya dapat dilakukan untuk skala kecil, bila
diaplikasikan pada skala besar maka biaya yang mungkin timbul akan tinggi
sekali. Agar pengendalian kutu beras hasilnya maksimal maka harus
dikombinasikan dengan beberapa cara pengendalian sekaligus
(Kartasapoetra, 1994).
Untuk mengurangi pemakaian pestisida kimia maka pestisida nabati tentunya
dapat digunakan sebagai alternatif pengendalian serangga. Pestisida yang
berasal dari tumbuhan merupakan salah satu cara pengendalian yang mempunyai
prospek untuk digunakan petani karena efektif dan aman terhadap lingkungan,
mudah dibuat, residunya mudah hilang dan juga sangat terjangkau oleh daya beli (Sudarmo, 1991).
Salah satu tanaman yang memiliki senyawa yang dapat digunakan sebagai
pestisida nabati yaitu kemangi. Bagian dari tanaman kemangi yang digunakan
adalah daun. Daun kemangi berdasarkan senyawa utama (bahan aktif) dalam
minyak yang dimilikinya, maka dapat dibedakan menjadi 4 tipe yaitu: (1) tipe
Eropa (methyl chavicol, linalool), (2) tipe Reunion (methyl chavicol, camphor), (3) tipe methyl cinnamate, dan (4)
tipe eugenol (eugenol). Pada
konsentrasi tinggi, senyawa methyl memiliki keistimewaan sebagai antraktan. Dalam
hal ini hama serangga tidak mampu memakan bagian tanaman yang disukainya.
Sedangkan pada konsentrasi rendah, bersifat sebagai racun perut yang bisa
mengakibatkan kematian bagi serangga (Mulyaman, dkk. 2005).
Ekstrak daun kemangi dapat dimanfaatkan untuk menanggulangi hama kumbang
beras. Kemangi merupakan salah satu bahan alami yang dapat dimanfaatkan
sebagai pestisida nabati yang sangat berperan dalam mengendalikan hama kumbang
beras dan ulat. Pada pengendalian hama gudang atau kumbang beras dengan serbuk
kemangi akan mempengaruhi siklus hidup dan daya tetas serta membuat kumbang
beras mati karena aroma dari kemangi. Aroma khasnya berasal dari kandungan sitral yang tinggi pada daun dan
bunganya (Tjitrosoepomo, 1994).
Hasil dan
pembahasan :
1.
Hasil
Tabel hasil dari pengamatan kumbang beras
Perlakuan
|
Jumlah
kumbang beras yang hidup
|
Jumlah
kumbang beras yang mati
|
Jumlah
biji beras yang utuh
|
Jumlah
biji beras yang tidak utuh
|
1
|
2
|
1
|
9
|
1
|
II
|
2
|
1
|
10
|
-
|
III
|
-
|
3
|
9
|
1
|
IV
|
1
|
2
|
9
|
-
|
V
|
1
|
2
|
10
|
-
|
Grafik dari
pengamatan kumbang beras
2.
Pembahasan
Dari hasil praktikum ini dibahas tentang tabel
pengamatan kumbang beras dimana dilihat jumlah kumbang beras yang hidup, jumlah
kumbang beras yang mati, jumlah biji beras yang utuh dan jumlah biji beras yang
tidak utuh. Pada perlakuan ke-I yaitu
perlakuan kontrol, dimana tidak diberi serbuk kemangi. Jumlah kumbang beras
yang hidup terdapat 2 dan jumlah kumbang beras yang mati ada 1, kumbang beras
mati bisa dikarenakan suhu kamar yang panas dan penempatannya pada lemari dan
tidak ada jendela untuk ventilasi akibatnya mempengaruhi kumbang beras dan suhu
kamar yang normal hanya 25°C sehingga
kalau melebih menyebabkan matinya kumbang beras karena suhu yang terlalu
panas. Seperti yang diungkapkan Kartasapoetra
(1991) Kriteria kehidupan hama produk pertanian dalam simpanan memerlukan
keadaan suhu udara dan temperatur minimum dan maksimum. Biasanya batas antara
temperatur minimum dan maksimum yaitu antara 5°C sampai 45°C. Temperatur
optimum yang diperlukan bagi perkembangan serangga adalah 25°C sampai 35°C.
Sedangakan
jumlah biji beras yang utuh ada 1 dan jumlah biji beras yang tidak utuh ada 9.
Disini beras hanya dimakan sedikit oleh kumbang beras, karena hanya terlihat
patah. Dari beras yang diamati dapat dilihat apakah ditemukan telur, larva dan
pupa. Tetapi karena waktu praktikum yang hanya satu minggu, sehingga tidak
ditemukan perubahan pada siklus hidupnya.
Pada perlakuan ke-2 jumlah kumbang beras yang hidup dan jumlah kumbang beras yang mati sama dengan
perlakuan ke-I, hanya pada jumlah biji beras yang utuh ada 10 dan jumlah biji
beras yang tidak utuh tidak ada yang patah atau rusak. Sedangkan pada perlakuan
ke-3 semua kumbang beras mati, dan jumlah biji beras yang utuh tinggal 9 dan
yang 1 rusak. Semakin tinggi konsentrasi serbuk kemangi yang diberikan maka
semakin tinggi tingkat kematian. Menurut Natawigena (1985) Pengaruh serbuk
kemangi mempengaruhi hidupnya karena Kemangi merupakan salah satu bahan alami
yang dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati yang sangat berperan dalam
mengendalikan hama kutu termasuk kumbang beras.
Hama ini menginfestasi biji di lapangan dan di gudang. Kumbang betina
menggerek biji dan meletakkan telurnya secara tunggal yang ditutupi cairan
gelatin. Seekor kumbang betina dapat bertelur sampai 300-500 butir dalam 4-5
bulan. Telur menetas setelah 3 hari. Urat kakinya tidak berkembang, gemuk
pendek, dan berwarna keputihan dengan kepala berwarna cokelat. Larva menjadi
sempurna dalam waktu 36 hari. Lama hidup kumbang ini adalah 4-5 bulan. Dalam
satu tahun kumbang ini mengalami 5-7 generasi (Sudarmo, 1991).
Daun kemangi mengandung minyak atsiri (metyl
lxhaficol ) saponin, flafonoid, dan tanin. Aroma khasnya berasal dari kandungan
sitral yang tinggi pada daun dan
bunganya yang dapat mengendalikan hama kumbang beras. Seperti yang
diungkapkan Mulyaman (2005) Perkembangan atau kemunduran suatu
populasi serangga hama dipengaruhi oleh : Faktor genetik atau faktor bawaan.
Faktor ekologi antara lain : faktor makanan, faktor iklim, faktor musuh alamiah
dan kegiatan manusia. Keempat faktor tersebut mempengaruhi kehidupan serangga
baik secara bersama-sama atau sendiri-sendiri.
Zat yang terkandung dalam daun kemangi menimbulkan rasa ketidak sukaan pada
serangga. Sehingga untuk memperoleh kelangsungan hidupnya maka serangga harus
mencari tempat yang sesuai, dengan cara keluar dari bahan yang diberi perlakuan
daun kemangi tersebut. Semakin banyak daun kemangi yang diberikan maka daya
tolaknya terhadap serangga pun akan lebih cepat (Kartasapoetra, 1991).
Pada perlakuan ke-4 jumlah kumbang beras
yang hidup ada 1 dan, jumlah kumbang beras yang mati ada 2, jumlah biji beras
yang utuh ada 9 dan jumlah biji beras yang tidak utuh ada 1. Sedangkan pada
perlakuan ke-5 jumlah kumbang beras yang hidup, jumlah kumbang beras yang mati
sama dengan perlakuan yang ke-4, jumlah biji beras yang utuh 10 dan jumlah biji
beras yang tidak utuh tidak ada. Menurut
Kartasapoetra (1991) Makanan adalah faktor yang menentukan dalam kehidupan
serangga. Makanan yang cocok dan cukup sangat berpengaruh terhadap
perkembangbiakan serangga. Syarat mutlak untuk pertumbuhan dan perkembangan
serangga adalah tersedianya makanan yang cocok dan sesuai. Ternyata
pengaruh kemangi sangat besar bagi siklus hidup kumbang beras (Jamal, 1994).
Tanaman kemangi berdasarkan senyawa utama
(bahan aktif) dalam minyak yang dimilikinya, maka dapat dibedakan menjadi 4
tipe yaitu: (1) tipe Eropa (methyl chavicol, linalool), (2) tipe Reunion (methyl chavicol, camphor), (3) tipe
methyl cinnamate, dan (4) tipe eugenol (eugenol). Senyawa methyl eugenol
tertinggi terdapat pada tipe eugenol yang berfungsi sebagai penarik (atraktan)
lalat buah (B. Dorsalis)
senyawa utama tersebut mampu menarik hama lalat buah jantan masuk ke dalam
perangkap. Selain berperan sebagai atraktan, pestisida nabati dapat
diaplikasikan dengan cara yang sangat sederhana yaitu dengan mengumpulkan daun
kemangi segar, kemudian dikeringkan. Hal
ini disebabkan karena kemangi mengandung fenol (tynol) yang cukup tinggi
mencapai 22,9-65,5 mg/g berat kering yang mampu berfungsi sebagai repellent dan
anti microbial (Kartasapoetra, 1994).
Kesimpulan :
Pada praktikum ini dapat disimpulkan bahwa pengaruh serbuk
kemangi terhadap pengendalian kumbang beras sangat berpengaruh pada pertumbuhan
siklus hidup kumbang beras tersebut. Dimana dapat dilihat banyak kumbang beras
yang mati dari pada yang hidup dan pada perlakuan kontrol yang tidak diberi
serbuk kemangi juga dapat mati dan kemungkinan karena faktor lain, misalnya
faktor suhu yang mempengaruhi siklus hidupnya. Kemangi merupakan salah satu
bahan alami yang dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati yang sangat
berperan dalam mengendalikan hama kutu termasuk kumbang beras. Daun kemangi
mengandung minyak atsiri (metyl lxhaficol ) saponin, flafonoid, dan tanin.
Aroma khasnya berasal dari kandungan sitral yang tinggi pada daun dan
bunganya.
Daftar Pustaka :
Jamal. 1994. Hama Gudang. Online. http://pengendalianhama.com/tentang-hama-gudang/.
Diakses 3 Juni 20012.
Kartasapoetra.
1994. Kumbang Beras atau Serangga.
Online. ttp://id.wikipedia.org/wiki/Serangga#cite_ref-Study_of_Insect.Ed-7_1-10.
Diakses 3 Juni 2012.
Mulyaman.
2008. Pengendalian Kumbang Beras.
Online. http://hamadanpenyakittanaman.blogspot.com/2009/01/pengendalian-kutu-beras-sitophilus.html.
Diakses 3 Juni 2012.
Natawigena.
1985. Ekstrak Serbuk Kemangi. Online.
http://journalvertise.blogspot.com/2009/03/kemangi-ocimum-basilicum.html. Diakses 3 juni
2012.
Naynienay. 2008. Kemangi Terhadap Kumbang Beras. Online. http://www.search-results.com/web?qsrc=2417&o=15917&l=dis&q=serbuk+kemangi+terhadap+kumbang+beras&atb.Dserbuk%2520kemangi&local. Diakses 3 Juni 2012.
Sudarmo. 1991. Laporan Praktikum Hama Gudang. Online. http://www.blogspot.lwporwn-prwktikum-hama-gudang.html.
Diakses 3 Juni 2012.
Tjitrosoepomo.
1994. Budidaya Kemangi. Online. http://budiboga.blogspot.com/2006_06_01_archive.html. Diakses 3 Juni
2012.
Winarno. 1993. Pengaruh serbuk Kemangi Terhadap Kumbang
Beras. Online. http://www.searchresults.com/web?q=pengaruh+serbuk+kemangi+terhadap+kumbang+beras&qsrc.
Diakses 3 Juni 2012.