BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perairan
mengalir merupakan perairan terbuka yang dicirikan dengan adanya arus, perbedaan
gradien lingkungan dan interaksi antara komponen biotik dan abiotik yang ada
didalamnya. Perairan mengalir memiliki ciri-ciri, yaitu mengalir searah, debit
air yang fluktuasi, bentuk yang memanjang, dasar dan tepian yang tidak stabil,
dan kedalamannya relatif dangkal. Pada ekosistem ini, dasar perairan merupakan
hal yang penting sekaligus menentukan sifat komunitas serta kerapatan populasi
dari komunitas. Dasar perairan yang keras terutama yang terdiri dari batu
merupakan habitat yang baik bagi organisme untuk menempel atau melekat (Odum, 1998).
Organisme
komunitas air deras menunjukkan adaptasi untuk mempertahankan posisi pada air
yang mengalir. Beberapa diantaranya adalah melekat permanen pada substrat yang
kokoh seperti batu, batang kayu, atau massa daun. Tanaman produsen utama dalam aliran
air ini berupa ganggang hijau yang melekat, seperti Cladophora , yang mempunyai
serabut panjang, diatomae yang bertutup keras yang menutup berbagai permukaan,
dan lumut air. Selain itu, sejumlah binatang yang hidup di aliran deras
mempunyai kaitan dan penghisap yang memungkinkan mereka untuk berpegang pada
permukaan yang tampaknya halus. Memiliki permukaan bawah yang lengket untuk
menempelkan dirinya seperti siput dan cacing pipih. Hampir seluruh organisme
yang hidup pada habitat air mengalir dari larva serangga sampai dengan ikan
mempunyai bentuk yang
stream line. Bentuk badan seperti ini akan mengakibatkan
tekanan minimum dari arus air yang melewatinya. Pada habitat air
mengalir dijumpai pula oranisme-organisme yang bentuk badannya pipih
sehingga memungkinkan kelompok ini berlindung di bawah atau di celah-celah
batu. Rheotaxis positif (organisme yang mampu melakukan pengaturan
terhadap arus), Thigmotaksis positif merupakan kelompok pada habitat air mengalir yang mempunyai pola tingkah
laku yang diturunkan untuk melekat di dekat permukaan atau menjaga diri agar
tetap dekat dengan permukaan (Effendi 2003).
Sungai
merupakan salah satu contoh dari perairan mengalir. Sungai dicirikan dengan adanya
arus yang searah serta sangat dipengaruhi oleh waktu, iklim, dan pola drainase.
Pada perairan sungai biasanya terjadi pencampuran massa air secara menyeluruh. Pembagian
zona sungai terdiri dari dua bagian, yaitu yaitu berdasarkan gradien dan aliran
air. Sungai yang berdasarkan gradien antara lain daerah hulu dengan ciri daerah
yang sempit dan berjenjang, terdapat pada dataran tinggi, kepadatan organisme
yang rendah dan substrat dasar berupa bebatuan; dan daerah hilir dengan ciri
daerah yang lebar, pada dataran rendah, arus relatif lambat, kadar oksigen
rendah, dan substrat dasar berupa lumpur, pasir, dan kerikil (Odum, 1971).
Pembagian
sungai berdasarkan aliran air antara lain, zona air cepat terletak pada bagian
dangkal sungai dengan arus yang kuat dan terjadi akumulasi lumpur di daerah
ini; zona air lambat terletak pada bagian dalam sungai dengan arus yang lemah
dimana pada daerah ini lumpur dan partikel-partikel akan mengendap. Dalam
kehidupan makhluk hidup, sungai dapat berfungsi sebagai irigasi, pemenuhan kebutuhan
air minum, tempat mandi, cuci, kakus, sumber daya perikanan, sebagai mediatransportasi
air, dll. Ekosistem adalah kumpulan dari komunitas beserta
faktor biotik (tumbuhan, hewan dan manusia) dan abiotik (suhu, iklim,
senyawa-senyawa organik dan anorganik). Menurut Undang-Undang Lingkungan Hidup
(UULH) tahun 1982 ekosistem adalah tatanan kesatuan secara utuh menyeluruh
antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi. Ekosistem
merupakan tingkat yang lebih tinggi dari komunitas atau merupakan kesatuan dari
suatu komunitas dengan lingkungannya di mana terjadi hubungan antar keduanya
(Irwan, 1992).
Ekosistem
sungai merupakan suatu kumpulan integral dari berbagai komponen abiotik
(fisika-kimia) dan biotik (organisme hidup) yang berkaitan satu sama lain dan
saling berinteraksi membentuk suatu unit fungsional. Komponen-komponen ini
secara fungsional tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Apabila terjadi
perubahan pada salah satu dari komponen-komponen tersebut (misalnya perubahan
nilai parameter fisika-kimia perairan), maka akan menyebabkan perubahan pada
komponen lainnya (misalnya perubahan kualitatif dan kuantitatif organismenya).
Perubahan ini tentunya dapat mempengaruhi keseluruhan sistem yang ada, baik
dalam kesatuan struktur fungsional maupun dalam keseimbangannya.
Sungai merupakan perairan yang mengalir (lotik), oleh karena itu sungai memiliki arus yang berbeda-beda di setiap tempatnya. Dan di setiap aliran memilki organisme yang berbeda pula. Zonasi pada habitat air mengalir adalah mengarah ke longitudinal, yang menunjukkan bahwa tingkat yang lebih atas berada di bagian hulu dan kemudian mengarah ke hilir (Effendi 2003).
Sungai merupakan perairan yang mengalir (lotik), oleh karena itu sungai memiliki arus yang berbeda-beda di setiap tempatnya. Dan di setiap aliran memilki organisme yang berbeda pula. Zonasi pada habitat air mengalir adalah mengarah ke longitudinal, yang menunjukkan bahwa tingkat yang lebih atas berada di bagian hulu dan kemudian mengarah ke hilir (Effendi 2003).
1.2 Tujuan
Adapun tujuan
dari praktikum in adalah :
1. Untuk
mengkaji faktor abiotik yang mempengaruhi perairan ekosistem sungai.
2. Untuk
mengkaji penentuan kualitas fisika dan kimia pada perairan.
3. Untuk
mengkaji faktor abiotik terhadap kehidupan organisme sungai.
1.3
Rumusan
Masalah
Adapun masalah
yang akan dibahas dalam praktikum ini adalah :
1. Faktor
pembatas apa saja (faktor abiotik yang mempengaruhi perairan ekosistem sungai
atau perairan mengalir) ?
2. Bagaimana
cara menentukan kualitas fisika dan kimia pada suatu perairan?
3. Bagaimana
pengaruh faktor abiotik terhadap kehidupan organisme sungai?
1.4 Diskripsi Lokasi Observasi
Lokasi yang kami amati pada
praktikum penentuan faktor abiotik dan biotik lingkungan perairan, pada hari
Minggu tanggal 1 April 2012 dari pukul 09.00 WIB s/d, pengambilan sampel di
Sungai Musi Duo palembang. Keadaan lokasi yang dapat kami amati pada saat itu
adalah, cuacanya cerah, udaranya lembab, sinar matahari yang panas. Warna air
sungai pada saat itu adalah kuning kecoklatan. Parameter yang digunakan dalam pengambilan sampel pada
praktikum ini adalah parameter fisika dan parameter kimia. Parameter Fisika
terdiri dari warna perairan, tingkat kecerahan, suhu, kedalaman, tipe substrat,
kecepatan arus, dan lebar sungai. Warna
perairan dibagi menjadi dua yaitu warna tampak
dan warna asli. Tingkat kecerahan dapat diukur dengan menggunakan sacche
disk . Suhu diukur dengan menggunakan thermometer. Kedalaman perairan diukur dengan cara sacche
disk dimasukkan sampai dasar perairan,
lalu catat skalanya. Tipe substrat mempengaruhi kelangsungan hidup organisme
yang hidup di perairan tersebut. Kecepatan arus diukur menggunakan botol aqua
yang diisi air sedikit dan waktunya dihitung menggunakan stopwatch. Parameter kimia dalam praktikum ini adalah pH. Pengukuran
pH dilakukan dengan menggunakan pH stick yang dicelupkan ke dalam permukaan air
Sungai Musi di area transek, lalu cocokkan warna dengan warna yang ada pada
kotak pH stick dan catat hasilnya.
Pada praktikum
ini, pengambilan sampel dilakukan di Sungai Musi Duo Palembang, Sungai Musi
merupakan perairan mengalir yang memiliki faktor-faktor yang berpengaruh berdasarkan
literatur meliputi suhu, kejernihan, arus, konsentrasi gas pernafasan, dan kosentrasi
garam biogenik. Dalam hal ini arus merupakan faktor pembatas yang paling mengendalikan di aliran air (Odum,
1998)
Hasil yang
diperoleh dari pengambilan contoh tersebut menunjukkan bahwa Sungai Musi Duo memiliki pH 6,7
yang berada ditengah sungai. Warna
perairan Sungai Musi Duo secara visual adalah kuning kecoklatan dan tipe
substratnya adalah lumpur. Selain itu sungai tersebut memiliki suhu 30° C.
Perbedaan suhu di Sungai Musi tidak terlalu jauh karena kedalamannya relatif
dangkal. Berdasarkan pengamatan menggunakan secchi disk, kecerahan air sungai 58
cm ditengah dan termasuk perairan kecerahan baik. Kedalaman Sungai 165 m berada
ditengah. Kecepatan arus perairan antara 0,14 m/det, lebar sungai ± 4 m.
Organisme yang hidup pada perairan mengalir di Sungai Musi bisa diperkirakan antara
lain fitoplankton ( Nitzchia, Polycystis), perifiton ( Nitzchia), benthos
(bythinia, viviparus, goniobasis, hydropsyche), neuston (geris danranatra).
BAB
II
DASAR
TEORI
2.1 Ekosistem Perairan Mengalir
Ekosistem perairan mengalir (lotic)
merupakan bagian dari habitat air tawar. Air mengalir, atau habitat lotic (
berasal dari kata lotus yang berarti “tercuci” ) seperti mata air,
aliran air atau sungai. Sungai adalah aliran air tawar yang bersumber alamiah
di daratan yang mengalir menuju dan bermuara di danau, laut atau samudra.
Daerah aliran sungai (DAS) adalah suatu daerah yang terhampar disisi kiri dan
kanan dari suatu aliran sungai (E. P. Odum,1998).
Sungai dapat
di klasifikasikan menjadi dua yaitu berdasarkan asal air dan berdasarkan letak
alirannya. Berdasarkan asal air terdapat sungai mata air yaitu sungai yang
airnya bersumber dari mata air alami, sungai air hujan, sungai pencairan es/
salju, dan sungai campuran. Sedangkan berdasarkan letak alirannya sungai
dibedakan menjadi ; sungai di atas permukaan tanah, sungai bawah tanah, dan
sungai campuran.
Dalam aliran sungai dari hulu hingga hilir atau muara, sungai memiliki beberapa
pola aliran sungai yaitu ; Pola aliran dendritik, adalah pola aliran yang
berbentuk seperti pohon, Pola aliran rektanguler yaitu pola aliran yang
alirannya melalui daerah patahan, Pola aliran trellis yaitu pola aliran pada
beberapa sungai yang mendapat tambahan air dari anak sungainya dimana arah
alirannya tegak lurus dengan sungai tersebut, Pola aliran radial, yaitu pola
aliran yang terjadi jika beberapa sungai mengalir ke luar dari gunung atau
sebuah dome, dan yang terakhir Pola aliran anular yaitu pola aliran yang
merupakan variasi dari pola radial.
Sungai dibagi menjadi dua zona
berdasarkan aliran sungainya yaitu zona air deras dan zona air tenang. Zona air
deras adalah daerah yang dangkal dimana kecepatan arusnya cukup tinggi sehingga
menyebabkan dasar sungai bersih dari endapan dan materi lain yang lepas
sehingga dasarnya padat. Zona air tenang adalah bagian sungai yang dalam dimana
kecepatan arus sudah berkurang maka lumpur dam materi lepas dan cenderung
mengendap di dasar sehingga endapannya lunak.Dari pola aliran sungai tersebut,
sungai dapat membentuk Meander, yaitu bentuk aliran sungai yang berkelok-kelok.
Ciri dari suatu rangkaian meander adalah adanya leher meander (bagian yang
menyempit) yang dapat menghasilkan potongan beerbentuk tapal kuda dan disebut
sebagai danau tapal kuda. Selain Meander sungai juga dapat membentuk delta.
Delta merupakan suatu daratan yang terletak di muara sungai, yang terpisah dari
laut dan terdiri dari endapan hasil pengikisan air sungai. Dalam kehidupan
mahkluk hidup, sungai berfungsi sebagai sumber keanekaragaman hayati yang
digunakan untuk irigasi (pengairan sawah dan tambak), pemenuhan kebutuhan
sumber air minum, tempat mandi, cuci, kakus, sumber daya perikanan sebagai
media transportasi air, sumber energi yaitu (sumber pembangkit listrik), sungai
juga dapat digunakan sebagai sarana rekreasi dan olahraga (arum jeram dan
pemancingan) (Effendi 2003).
2.2 Parameter Fisika
1. Warna Perairan
Warna perairan adalah warna yang
secara visual yang dapat kita lihat dari sebuah perairan. Warna perairan dibagi
menjadi dua yaitu warna tampak dan warna asli. Warna tampak adalah warna dari
sebuah perairan yang disebabkan oleh partikel-partikel terlarut dan
tersuspensi. Sedangkan warna asli merupakan warna yang disebabkan oleh
bahan-bahan atau materi yang terbawa oleh aliran air sungai. Dalam perairan
sungai, warna perairan dipengaruhi oleh materi-materi yang dibawa oleh aliran
sungai.
2. Kecerahan
Dalam hal ini kecerahan merupakan
parameter fisika yang berhubungan dengan fotosintesis karena pengaruh penetrasi
cahaya yang masuk ke dalam aliran sungai. Penetrasi cahaya seringkali dihalangi
oleh zat yang terlarut dalam air, membatasi zona fotosintesa, dimana habitat
akuatik dibatasi oleh kedalaman. Kekeruhan, terutama bila disebabkan oleh
lumpur dan partikel yang dapat mengendap, seringkali penting sebagai faktor
pembatas. Sebaliknya, bila kekeruhan disebabkan oleh organisme, ukuran
kekeruhan merupakan indikasi produktivitas (E. P. Odum, 1971)
3. Suhu
Suhu berpengaruh terhadap ekosistem
karena suhu merupakan syarat yang diperlukan organisme untuk hidup. Ada
jenis-jenis organisme yang hanya dapat hidup pada kisaran suhu tertentu. Daerah
perairan yang cukup luas dapat mempengaruhi iklim daerah daratan di
sekitarnya.Suhu air paling baik dan efisien diukur menggunakan sensor
elektronis seperti Air mempunyai beberapa sifat unik yang berhubungan dengan
panas yang secara bersama-sama mengurani perubahan suhu sampai tingkat minimal,
sehingga perbedaan suhu dalam air lebih kecil dan perubahan yang terjadi lebih
lambat dari pada udara.
4.
Kedalaman
Kedalaman suatu ekosistem perairan
dapat bervariasi tergantung pada zona kedalaman dari suatu perairan tersebut,
semakin dalam perairan tersebut maka intensitas cahaya matahari yang masuk
semakin berkurang. Penetrasi cahaya seringkali dihalangi oleh zat yang terlarut
dalam air, membatasi zona fotosintesa, dimana habitat akuatik dibatasi oleh
kedalaman.
5. Tipe
Substrat
Tipe substrat pada perairan mengalir
pada sungai hulu berupa batu-batuan dan pasir, sedangkan pada sungai hilir tipe
substratnya merupakan endapan lumpur. Dalam pengamatan perairan mengalir tipe
substrat yang banyak kita amati berupa batu dan pasir. Karena Sungai Musi
merupakan jenis sungai yang beraliran deras karena masih terdapat di daerah
hulu.
6. Kecepatan Arus
Arus
merupakan faktor pembatas utama pada aliran deras, tetapi dasar yang keras,
terutama bila terdiri dari batu, dapat menyediakan perubahan yang cocok untuk
organisme (flora & fauna) untuk menempel & melekat dan membedakan
antara perairan tergenang dan perairan mengalir. Fungsi mengukur kecepatan
yaitu untuk mengetahui kecepatan yang terletak dibagian hulu (Odum,1988).
2.3. Parameter Kimia
1. Derajat Keasaman (pH)
Derajat keasaman (pH) merupakan
parameter kimia yang menunjukan salinitas atau derajat keasaman dari suatu
perairan dimana biota air dapat hidup didalamnya, pH yang ideal berkisar antar
6,5-8,5. Dimana setiap organisme air memiliki toleransi pH yang berbeda.
Larutan atau air dikatakan asam jika pH-nya < 7, dikatan basa jika pH-nya
> 7, sedangkan jika pH-nya = 7 maka larutan tersebut dikatakan seimbang
(Purba, Michael. “Sains Kimia” .1994).
Derajat keasaman (pH) berpengaruh
sangat besar terhadap tumbuh-tumbuhan dan hewan air sehingga sering digunakan
sebagai petunjuk untuk menyatakan baik atau tidaknya kondisi air sebagai media
hidup. Apabila derajat keasaman tinggi apakah itu asam atau basa menyebabkan
proses fisiologis pada plankton terganggu (Sachlan, M. 1972).
2.4. Parameter Biologi
1. Plankton
Plankton adalah hewan air yang hidup
mengapung di atas permukaan air dimana pergerakannya tergantung pada arus.
Sehingga gerakan hidupnya tergantung pada arus atau gelombang pada air. Plankton
terdiri atas fitoplankton dan zooplankton; biasanya melayang-layang (bergerak
pasif) mengikuti gerak aliran air. Plankton terbagi menjadi Fitoplankton dan
Zooplankton. Fitoplankton terdiri atas ganggang, diatom, dan dinoflagelata.
Zooplankton biasanya terdiri atas rotifera, cladocera, copepoda. Plankton
adalah organisme yang berkuran kecil yang hidupnya terombang-ambing oleh arus.
Mereka terdiri dari makhluk yang hidupnya sebagai hewan (zooplankton) dan
sebagai tumbuhan (fitoplankton). Menurut Nybakken (1992) zooplankton ialah
hewan-hewan laut yang planktonik sedangkan fitoplankton terdiri dari tumbuhan
laut yang bebas melayang dan hanyut dalam laut serta mampu berfotosintesis.
Plankton merupakan makanan alami larva organisme perairan. Sebagai produsen
utama di perairan adalah fitoplankton, sedangkan organime konsumen adalah
zooplankton, larva, ikan, udang, kepiting, dan sebagainya. Menurut Djarijah
(1995), produsen adalah organisme yang memiliki kemampuan untuk menggunakan
sinar matahari sebagai sumber energi dalam melakukan aktivitas hidupnya,
sedangkan konsumen adalah organisme yang menggunakan sumber energi yang dihasilkan
oleh organism. Pada perairan mengalir plankton jarang ditemukan bahkan absen
dari aliran air, karena organisme seperti ini tidak tahan oleh arus, plankton
akan hidup hanya pada bagian aliran air yang bergerak perlahan dan di sungai
yang besar plankton dapat berkembang biak dan menyatu sebagai bagian dari
komunitas (E. P. Odum, 1998).
Peranan plankton di perairan sangat
penting karena plankton merupakan pakan alami bagi ikan kecil dan hewan air
lainnya. Plankton merupakan mata rantai utama dalam rantai makanan di perairan.
Plankton dalam suatu perairan mempunyai peranan yang sangat penting. Plankton
terdiri dari fitoplankton yang merupakan produsen utama dan dapat menghasilkan
makanannya sendiri dan merupakan makanan bagi hewan seperti zoo, ikan udang dan
kerang melalui proses fotosintesis dan zooplankton yang bersifat hewani dan
beraneka ragam.
2. Perifiton
Perifiton merupakan tumbuhan atau
hewan yang melekat/bergantung pada tumbuhan atau benda lain, misalnya keong.
Dan bentos adalah hewan dan tumbuhan yang hidup pada endapan. Bentos dapat sessil
(melekat) atau bergerak bebas, misalnya cacing dan remis. Perifiton
merupakan hewan yang ukurannya sangat kecil (mikroskopis), oleh karena itu
perifiton tidak dapat dilihat oleh mata tanpa bantuan mikroskop. Perifiton
adalah tumbuhan atau hewan yang tumbuh dan menempel pada objek yang tenggelam.
Dalam perairan mengalir perifiton melekat pada substrat yang kokoh yang ada di
sungai seperti batu, batang kayu, atau masa daun (E. P. Odum, 1998).
3. Benthos
Bentos merupakan organisme yang
melekat atau beristirahat pada dasar endapan. Bentos dapat dibagi berdasarkan
makananya menjadi pemakan penyaring seperti (kerang) dan pemakan deposit
seperti ( siput ) (E. P. Odum, 1971). Hewan bentos hidup relatif menetap, sehingga
baik digunakan sebagai petunjuk kualitas lingkungan, karena selalu kontak
dengan limbah yang masuk ke habitatnya. Kelompok hewan tersebut dapat
lebih mencerminkan adanya perubahan faktor-faktor lingkungan dari waktu ke
waktu. karena hewan bentos terus menerus terdedah oleh air yang kualitasnya
berubah-ubah. Diantara hewan bentos yang relatif mudah diidentifikasi dan
peka terhadap perubahan lingkungan perairan adalah jenis-jenis yang termasuk
dalam kelompok invertebrata makro. Kelompok ini lebih dikenal dengan
makrozoobentos (Rosenberg dan Resh, 1993).
Makrozoobentos mempunyai peranan
yang sangat penting dalam siklus nutrien di dasar perairan. Montagna et
all. (1989) menyatakan bahwa dalam ekosistem perairan, makrozoobentos
berperan sebagai salah satu mata rantai penghubung dalam aliran energi dan
siklus dari alga planktonik sampai konsumen tingkat tinggi. Bentos meliputi
segala macam avertebrata air yang hidup di permukaan dasar perairan atau di
dalam sedimen dasar perairan. Dasar perairan dapat berupa lumpur, batu,
kerikil, baik di laut, sungai, maupun danau.
4. Nekton
Ekosistem air tawar dihuni oleh
nekton. Nekton merupakan hewan yang bergerak aktif dengan menggunakan otot yang
kuat. Hewan tingkat tinggi yang hidup di ekosistem air tawar, misalnya ikan,
dalam mengatasi perbedaan tekanan osmosis melakukan osmoregulasi untuk
memelihara keseimbangan air dalam tubuhnya melalui sistem ekskresi, insang dan
pencernaan. Nekton merupakan organisme yang dapat bergerak dan nerenang dengan
kemauan sendiri (dengan demikian dapat menghindari jaring plankton) contohnya
seperti ikan, amfibi, serangga air besar dll (E. P. Odum, 1998).
5. Neuston
Neuston merupakan organisme yang
mengapung atau berenang di permukaan air atau bertempat pada permukaan air,
misalnya serangga air. Organisme yang tinggal atau beristirahat di atas
permukaan air, yang pergerakannya tidak di pengaruhi oleh pergerakan arus (E.
P. Odum, 1998)
6. Tumbuhan Air
Tumbuhan air merupakan tumbuhan yang
tinggal di sekitar air dan di dalam air. Yang berfungsi sebagai produsen
penghasil energi. Tumbuhan air dapat dikelompokkan menjadi terrestrial plants
adalah tumbuhan air yang seluruh organ tubuhnya belum tertutup oleh air,
emerged plants adalah tumbuhan air yang akarnya berada dalam air dan bagian
lainnya berada dipermukaan air, floating plants adalah tumbuhan air yang bagian
akar dan batangnya berada dalam air , sedangkan daunnya mencuat ke permukaan
air, dan submerged plants adalah tumbuhan air yang seluruh bagian tubuhnya
berada dalam air (E. p. Odum, 1959).
7. Rantai Makanan
Rantai makanan merupakan terjadinya
proses perpindahan energi dari proses makan dan dimakan. Aliran energi terjadi
dari tumbuhan sebagai produsen dimakan oleh konsumen tingkat 1 dan konsumen
tingkat 1 dimakan oleh konsumen tingkat 2 lalu konsumen tingkat 2 mati dimakan
oleh detritus atau pengurai yang menguraikan organik menjadi an organik yang
dibutuhkan oleh tumbuhan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Waktu Dan Tempat
Praktikum
ini dilaksanakan pada hari minggu tanggal 1 April 2012, pada pukul 09.00 WIB
s/d dengan lebar sungai ± 4 m. Praktikum penentuan komponen biotik dan
abiotik dilingkungan perairan diSungai Musi Duo Palembang, provinsi Sumatera
Selatan.
3.2 Alat dan Bahan
Alat
dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu jaring berdiameter 55 cm,
tali plastik, botol aqua, pemberat, kertas lakmus/ph meter, thermometer, seccal
disk, dan pipet tetes.
3.3 Cara Kerja
Adapun cara
kerja pada praktikum ini antara lain yaitu :
1. Suhu air
Pengamatan
suhu air dilakukan dengan cara menenggelamkan thermometer kedalam air dengan
seutas tali kemudian diceburkan sampai air raksa tidak bergerak (± 5 menit).
Selanjutnya dibaca suhu yang ditunjukkan oleh thermometer.
2. Kecerahan air
Pengukuran
dilakukan dengan cara memasukkan seccal disk melalui seutas tali dalam perairan
sampai warna hitam putih seccal disk tidak terlihat jarak antara jari yang
memegang tali (tepat dipermukaan air) dengan seccal disk pada saat hilangnya warna
tersebut merupakan kecerahan perairan tersebut.
· Perairan
kecerahan baik (lebih dari 60 cm).
· Perairan
kecerahan sedang (kurang dari 30 cm).
· Perairan
kecerahan buruk (kurang dari 10 cm).
3. Kedalaman air
Pengukuran
kedalaman air dilakukan dengan cara memasukkan tali yang diberi pemberat kedalam
air sampai mencapai dasar.
4. Kecepatan arus
Lepaskan
pelampung pada suhu titik yang telah ditentukan pada saat pelampung dilepaskan
keair, saat itu pula ukur waktu yang diperlukan pelampung untuk mencapai titik
tertentu. Kecepatan aliran air dinyatakan dalam jarak perwaktu (m/det dan
km/jam). Pengukuran kecepatan arus dilakukan dua kali ditempat berbeda dan
hasilnya dirata-ratakan.
5. Pengukuran pH
Dilakukan
dengan kertas lakmus atau pH meter.
6. Identifikasi plankton / bentos.
Penangkapan
plankton / bentos dilakukan dengan jarring yang termodifikasi menjadi plankton
net.
7. Pengambilan substrat
Ambil
sampel substrat dasar sungai, amati dan catat tipe substrat dasarnya.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN ANALISIS
4.1 Hasil Pengamatan
Dari
hasil penentuan faktor abiotik dan biotik lingkungan perairan pada air sungai
di dapatkan suhu sebesar 30 °C, sedangkan kecerahan 58 cm, kedalaman 165 m,
dengan kecepatan arus 0,14 m/s, serta pH sebesar 6,7 dan substratnya adalah
lumpur.
Grafik
hasil praktikum :
1. Suhu
air
2. pH
air
3. Kedalaman
air
4. Kecepatan
arus
Rumus kecepatan arus :
Diket
: S = 22 m
t = 2 menit , 22 det = 152 det
Dit : v (kecepatan arus) ?
V
=
V
=
=
0,14 m/det
4.2 Analisis
Hasil yang
diperoleh dari praktikum penentuan faktor biotik dan abiotik lingkungan
perairan yang dilakukan menunjukkan
bahwa Sungai Musi Duo memiliki pH 6,7 yang berada ditengah sungai. Warna perairan Sungai Musi Duo secara visual
adalah kuning kecoklatan dan tipe substratnya adalah lumpur. Selain itu sungai
tersebut memiliki suhu 30° C. Perbedaan suhu di Sungai Musi Duo tidak terlalu
jauh karena kedalamannya relatif dangkal. Berdasarkan pengamatan menggunakan
secchi disk, kecerahan air sungai 58 cm ditengah dan termasuk perairan
kecerahan baik. Kedalaman Sungai 165 m yang berada ditengah. Kecepatan arus
perairan antara 0,14 m/det, lebar sungai ± 4 m. Sedangkan pada identifikasi
plankton / bentos pada penangkapan dengan menggunakan jarring yang dimodifikasi
menjadi plankton net, tidak dilakukan pada praktikum ini karena alatnya kurang
tersedia.
Perairan
pada sungai termasuk kedalam perairan lotik, karena mengalir. Suhu disini
dipengaruhi oleh tingkat intentitas cahaya yaitu semakin tinggi intentitas
cahaya semakin tinggi pula suhunya dan sebaliknya. Kecerahan berhubungan dengan
kedalaman yaitu semakin dalam suatu periran maka akan semakin rendah tingkat
kecerahannya. Kecepatan arus berpengaruh terhadap jumlah spesies yang hidup
yaitu ada beberapa spesies yang nyaman dengan arus yang deras dan ada spesies
yang kurang begitu nyaman terhadap arus yang deras bahkan mati. Tingkat
keasaman juga berpengaruh terhadap spesies yang hidup pada pH tertentu maka ada
beberapa spesies berbeda karena terdapat spesies nyaman hidup disuhu tertentu,
namun terdapat pula spesies yang nyaman di pH berapapun. Kedalaman mempengaruhi
produktifitas yang semakin dalam produktifitasnya semakin tinggi (Mahidda,
1984).
Menurut Krebs (1978) Faktor fisika kimia yaitu faktor
yang menentukan distribusi dari biota air adalah sifat fisika-kimia perairan.
Organisme yang dapat disesuaikan dengan kondisi sifat fisika-kimia yang akan
mampu hidup. Penyebaran jenis dan hewan akkuatik ditentukan oleh kualitas
lingkungan yang ada seperti sifat fisika, kimia, biologisnya menambahkan bahwa
kehidupan biota perairan dipengaruhi oleh volume air mengalir, kecepatan arus,
temperatur, pH dan konsentrasi oksigen terlarut.
Menurut
Effendi (2003), Faktor yang membedakan kondisi fisika kimia dari setiap bagian
sungai terdiri dari:
1.
Suhu
Pada
praktikum yang kami lakukan didapatkan suhu 30°c. Pengukuran suhu akan berbeda
dengan factor waktu yang mempengaruhinya. Suhu merupakan factor dalam kehidupan
flora dan fauna akuatis. Suhu air mempunyai pengaruh yang universal dan sangat
berperan dalam kehidupan organisme. Temperature suatu badan perairan
dipengaruhi oleh musim, lintang (latitude), ketinggian dari permukaan laut
(altitude), waktu dalam satu hari, sirkulasi udara, penutupan awan dan aliran
serta kedalaman dari badan air. Peningkatan temperatur akan diikuti dengan
menurunnya kadar oksigen terlarut di perairan, Suhu adalah salah satu faktor
yang penting dalam suatu perairan untuk mengukur temperatur lingkungan
tersebut. Suhu merupakan salah satu faktor yang penting dalam suatu perairan
karena suhu merupakan faktor pembatas bagi ekosistem perairan dan akan
membatasi kehidupan organisme akuatik (Oudum, 1971).
2.
Substrat
Tipe
substrat dalam praktikum kami adalah lumpur yang merupakan tempat hidup bagi
organisme. Jenis lumpur yang berbeda menyebabkan organisme yang hidup
didalamnya juga berbeda. Lumpur berupa tanah yang juga menyediakan unsur-unsur
penting bagi pertumbuhan organisme, terutama tumbuhan.
3.
Kecepatan Arus
Semakin
tinggi kecepatan arus maka kandungan oksigen terlarut dalam air yang sangat
dibutuhkan biota air dalam metabolismenya akan semakin tinggi pula. Dari
praktikum kecepatan arus didapatkan 0,14 m/det. Arus merupakan faktor pembatas
yang mempunyai peranan sangat penting dalam perairan, baik pada ekosistem
mengalir (lotic) maupun ekosistem menggenang (lentic). Hal ini disebabkan
karena adanya arus akan mempengaruhi distribusi organisme, gas-gas terlarut,
dan mineral yang terdapat di dalam air (Barus, 2002).
4. Kedalaman Sungai
Kedalaman
air yang kami dapatkan adalah 165 m yang berada ditengah sungai, karena sungai
yang kami amati dbagian hilir yang masih dangkal. Menurut Odum (1988) Pada
sungai dapat dijumpai tingkat yang lebih tua dari hulu ke hilir, perubahan
lebih terlihat pada bagian atas aliran air, dan komposisi kimia berubah dengan
cepat. Dan komposisi komunitas berubah sewajarnya yang lebih jelas pada
kilometer pertama dibanding lima puluh (50) kilometer terakhir. Kedalaman juga
dipengaruhi oleh zona yaitu zona hulu, zona hilir dan zona tengah.
5.
Derajat Keasaman (pH)
Pengukuran
pH dilakukan ditengah didapatkan 6,7. Larutan atau air dikatakan asam jika pH-nya < 7, dikatankan
basa jika pH-nya > 7, jadi pH 6,7 dikatakan basa. Seperti yang diungkapkan Siregar,et
al (2002) Derajat keasaman (pH) merupakan suatu indeks konsentrasi ion hidrogen
dan mempunyai pengaruh yang besar terhadap kehidupan organisme perairan,
sehingga dapat dipergunakan sebagai petunjuk baik buruknya suatu perairan
sebagai lingkungan hidup.
Menurut
Effendi (2003) Derajat keasaman berpengaruh sangat besar terhadap kehidupan
hewan dan tumbuhan air serta mempengaruhi toksisitas suatu senyawa kimia. Nilai
pH dapat dipengaruhi anatara lain buangan industri dan rumah tangga. Derajat
krasaman (pH) berkaitan erat dengan karbondioksida dan alkalinitas, semakin
tinggi pH, semakin tinggi alkalinitas dan semakin rendah kadar kandungan
dioksida bebas. pH merupakan tingkat derajat keasaman yang dimiliki setiap
unsur, pH juga berpengaruh terhadap setiap organisme, karena setiap organisme
atau individu memiliki ketentuan pada derajat keasaman (pH) berapa mereka dapat
hidup (Mahidda, 1984).
6. Kecerahan
Kecerahan
air yang kami lakukan termasuk pada kecerahan baik yaitu 58 cm. Kecerahan
adalah besarnya intensitas cahaya di dalam air yang disebabkan oleh adanya
partikel koloid dan tersuspensi seperti lumpur, pasir, bahan organik dan
mikroorganisme termasuk plankton. Semakin tinggi tingkat kecerahan suatu
perairan, maka semakin tinggi pula kecerahan yang masuk ke dalam air, sehingga
lapisan air yang produktif akan menjadi lebih stabil (Kembarawati, 2000).
Di
dalam ekosistem, komponen biotik dan abiotik merupakan komponen pokok ekositem
yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Komponen biotik dan
abiotik dalam kehidupan memiliki peran sendiri-sendiri yang saling berhubungan.
Antara komponen biotik dan abiotik dalam kehidupan saling mempengaruhi. Kedua
komponen tersebut memiliki peran masing-masing yang saling mendukung. Komponen abiotik
sangat berpengaruh terhadap kehidupan organisme sungai yang ada di atasnya.
Air, kelembapan udara, cahaya matahari, gaya gravitasi maupun suhu lingkaran
merupakan komponen abiotik yang besar pengaruhnya terhadap kehidupan organisme.
Hubungan
faktor biotik dan abiotik perairan, biotik merupakan organisme yang hidup pada suatu ekosistem
tertentu yang hidupnya bergantung pada kondisi alam sekitarnya atau
lingkungannya. Sedangkan, abiotik merupakan lingkungan tempat tinggal organisme
yang meliputi semua benda mati yang ada. Kedua faktor diatas saling
mempengaruhi karena antara faktor mengalami interaksi dalam perjalanan waktu. Faktor
abiotik menyediakan wadah hidup serta unsur hara dalam tanah maupun air yang
digunakan oleh tumbuhan hijau, tumbuhan air untuk bahan baku proses
fotosintesis. Proses rantai makanan terjadi dari jatuhnya daun kering ke
permukaan air kemudian daun terurai oleh detritus menjadi bahan non-organik
(Nitrogen dan Fosfor). Fitoplankton yang hidup pada perairan memanfaatkan N dan
P untuk proses fotosintesis. Fitoplankton di makan zooplankton kemudian
zooplankton dimangsa ikan kecil dan ikan kecil dimangsa ikan besar. Bila tidak
ada campur tangan manusia maka siklus transfer energi ini terus berlanjut
hingga hewan strata tertinggi mati dan diuraikan dekomposer menjadi senyawa
dalam tanah.
BAB V
KESIMPULAN
Ekosistem perairan lotik atau
perairan mengalir adalah suatu ekosistem perairaan yang di dalamnya terdapat adanya arus. Sedangkan perairan pada sungai termasuk kedalam perairan lotik, karena mengalir.
Parameter fisika yang diukur meliputi suhu, kecerahan, kedalaman, kecepatan
arus. Sedangkan parameter kimia yang digunakan yaitu pH yang diukur dengan menggunakan
pH meter. Suhu yang didapatkan dengan pengukuran menggunakan thermometer
sebesar 30°C, kedalaman yang diukur
dengan menggunakan pemberat didapatkan
sebesar 165 m, kecerahan 58 cm, dan kecepatan arus sebesar 0,14 m/det. Hal-hal yang mempengaruhi
ekosistem perairan adaah faktor fisika dan kimia, faktor kimia dan faktor
fisika akan mempengaruhi jumlah, komposisi, keanekaragaman jenis, produktivitas
dan keadaan fisiologis organisme di suatu perairan.
DAFTAR PUSTAKA
Barus. T.A. 2004. Pengantal
Limnologi Pesisir Perairan. Online.
http://www.ilmukelautan.com/perairan/perairan pesisir/329-perairan. USU
Press. Medan.
Effendi. 2003. Pengaruh factor biotic-abiotik organism sungai. Online. http://id.shvoong.com/exact-sciences/earth-sciences/2074023-pengukuran-parameter-kualitas-dengan-bentos. Diakses 10 April 2012.
Irwan.
1992. Ekosistem Perairan. Online. http://rainadpa.blogspot.com/2010/01/pola-longitudinal-ekosistem-sungai.html. Diakses 10
April 2012.
Kembarawati.
2000. Penentuan Faktor Biotik-abiotik
lingkungan perairan. Online. http://id.shvoong.com/exact-sciences/biology/2149486-ekosistem-faktor-biotik-dan-faktor. Diakses 10
April 2012.
Purba, Michael. “Sains Kimia”
.1994.Erlangga. Jakarta
Odum, E.P. 1998. Dasar-Dasar
Ekologi. 4rd ed. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Suwigyo, Sugiarti. Widigdo, Bambang.
Wardiatno, Yusli. dan Krisanti, Majariana. 2005 Avertebrata
Air. 1st ed. Penebar Swadaya. Jakarta