Jumat, 13 April 2012

Penentuan Komponen Biotik dan Abiotik lingkungan Perairan


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Perairan mengalir merupakan perairan terbuka yang dicirikan dengan adanya arus, perbedaan gradien lingkungan dan interaksi antara komponen biotik dan abiotik yang ada didalamnya. Perairan mengalir memiliki ciri-ciri, yaitu mengalir searah, debit air yang fluktuasi, bentuk yang memanjang, dasar dan tepian yang tidak stabil, dan kedalamannya relatif dangkal. Pada ekosistem ini, dasar perairan merupakan hal yang penting sekaligus menentukan sifat komunitas serta kerapatan populasi dari komunitas. Dasar perairan yang keras terutama yang terdiri dari batu merupakan habitat yang baik bagi organisme untuk menempel atau melekat (Odum, 1998).
Organisme komunitas air deras menunjukkan adaptasi untuk mempertahankan posisi pada air yang mengalir. Beberapa diantaranya adalah melekat permanen pada substrat yang kokoh seperti batu, batang kayu, atau massa daun. Tanaman produsen utama dalam aliran air ini berupa ganggang hijau yang melekat, seperti Cladophora , yang mempunyai serabut panjang, diatomae yang bertutup keras yang menutup berbagai permukaan, dan lumut air. Selain itu, sejumlah binatang yang hidup di aliran deras mempunyai kaitan dan penghisap yang memungkinkan mereka untuk berpegang pada permukaan yang tampaknya halus. Memiliki permukaan bawah yang lengket untuk menempelkan dirinya seperti siput dan cacing pipih. Hampir seluruh organisme yang hidup pada habitat air mengalir dari larva serangga sampai dengan ikan mempunyai bentuk yang stream line. Bentuk badan seperti ini akan mengakibatkan tekanan minimum dari arus air yang melewatinya. Pada habitat air mengalir dijumpai pula oranisme-organisme yang bentuk badannya pipih sehingga memungkinkan kelompok ini berlindung di bawah atau di celah-celah batu. Rheotaxis positif (organisme yang mampu melakukan pengaturan terhadap arus), Thigmotaksis positif merupakan kelompok pada habitat air mengalir yang mempunyai pola tingkah laku yang diturunkan untuk melekat di dekat permukaan atau menjaga diri agar tetap dekat dengan permukaan (Effendi 2003).
Sungai merupakan salah satu contoh dari perairan mengalir. Sungai dicirikan dengan adanya arus yang searah serta sangat dipengaruhi oleh waktu, iklim, dan pola drainase. Pada perairan sungai biasanya terjadi pencampuran massa air secara menyeluruh. Pembagian zona sungai terdiri dari dua bagian, yaitu yaitu berdasarkan gradien dan aliran air. Sungai yang berdasarkan gradien antara lain daerah hulu dengan ciri daerah yang sempit dan berjenjang, terdapat pada dataran tinggi, kepadatan organisme yang rendah dan substrat dasar berupa bebatuan; dan daerah hilir dengan ciri daerah yang lebar, pada dataran rendah, arus relatif lambat, kadar oksigen rendah, dan substrat dasar berupa lumpur, pasir, dan kerikil (Odum, 1971).
Pembagian sungai berdasarkan aliran air antara lain, zona air cepat terletak pada bagian dangkal sungai dengan arus yang kuat dan terjadi akumulasi lumpur di daerah ini; zona air lambat terletak pada bagian dalam sungai dengan arus yang lemah dimana pada daerah ini lumpur dan partikel-partikel akan mengendap. Dalam kehidupan makhluk hidup, sungai dapat berfungsi sebagai irigasi, pemenuhan kebutuhan air minum, tempat mandi, cuci, kakus, sumber daya perikanan, sebagai mediatransportasi air, dll. Ekosistem adalah kumpulan dari komunitas beserta faktor biotik (tumbuhan, hewan dan manusia) dan abiotik (suhu, iklim, senyawa-senyawa organik dan anorganik). Menurut Undang-Undang Lingkungan Hidup (UULH) tahun 1982 ekosistem adalah tatanan kesatuan secara utuh menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi. Ekosistem merupakan tingkat yang lebih tinggi dari komunitas atau merupakan kesatuan dari suatu komunitas dengan lingkungannya di mana terjadi hubungan antar keduanya (Irwan, 1992).
Ekosistem sungai merupakan suatu kumpulan integral dari berbagai komponen abiotik (fisika-kimia) dan biotik (organisme hidup) yang berkaitan satu sama lain dan saling berinteraksi membentuk suatu unit fungsional. Komponen-komponen ini secara fungsional tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Apabila terjadi perubahan pada salah satu dari komponen-komponen tersebut (misalnya perubahan nilai parameter fisika-kimia perairan), maka akan menyebabkan perubahan pada komponen lainnya (misalnya perubahan kualitatif dan kuantitatif organismenya). Perubahan ini tentunya dapat mempengaruhi keseluruhan sistem yang ada, baik dalam kesatuan struktur fungsional maupun dalam keseimbangannya.
Sungai merupakan perairan yang mengalir (lotik), oleh karena itu sungai memiliki arus yang berbeda-beda di setiap tempatnya. Dan di setiap aliran memilki organisme yang berbeda pula. Zonasi pada habitat air mengalir adalah mengarah ke longitudinal, yang menunjukkan bahwa tingkat yang lebih atas berada di bagian hulu dan kemudian mengarah ke hilir
(Effendi 2003).

1.2  Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum in adalah :
1.       Untuk mengkaji faktor abiotik yang mempengaruhi perairan ekosistem sungai.
2.       Untuk mengkaji penentuan kualitas fisika dan kimia pada perairan.
3.       Untuk mengkaji faktor abiotik terhadap kehidupan organisme sungai.

1.3    Rumusan Masalah
Adapun masalah yang akan dibahas dalam praktikum ini adalah :
1.       Faktor pembatas apa saja (faktor abiotik yang mempengaruhi perairan ekosistem sungai atau perairan mengalir) ?
2.       Bagaimana cara menentukan kualitas fisika dan kimia pada suatu perairan?
3.       Bagaimana pengaruh faktor abiotik terhadap kehidupan organisme sungai? 

1.4 Diskripsi Lokasi Observasi
Lokasi yang kami amati pada praktikum penentuan faktor abiotik dan biotik lingkungan perairan, pada hari Minggu tanggal 1 April 2012 dari pukul 09.00 WIB s/d, pengambilan sampel di Sungai Musi Duo palembang. Keadaan lokasi yang dapat kami amati pada saat itu adalah, cuacanya cerah, udaranya lembab, sinar matahari yang panas. Warna air sungai pada saat itu adalah kuning kecoklatan. Parameter yang digunakan dalam pengambilan sampel pada praktikum ini adalah parameter fisika dan parameter kimia. Parameter Fisika terdiri dari warna perairan, tingkat kecerahan, suhu, kedalaman, tipe substrat, kecepatan arus, dan lebar sungai. Warna perairan dibagi menjadi dua yaitu warna tampak dan warna asli. Tingkat kecerahan dapat diukur dengan menggunakan  sacche disk . Suhu diukur dengan  menggunakan thermometer.  Kedalaman perairan diukur dengan cara sacche disk  dimasukkan sampai dasar perairan, lalu catat skalanya. Tipe substrat mempengaruhi kelangsungan hidup organisme yang hidup di perairan tersebut. Kecepatan arus diukur menggunakan botol aqua yang diisi air sedikit dan waktunya dihitung menggunakan stopwatch. Parameter kimia dalam praktikum ini adalah pH. Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan pH stick yang dicelupkan ke dalam permukaan air Sungai Musi di area transek, lalu cocokkan warna dengan warna yang ada pada kotak pH stick dan catat hasilnya.
Pada praktikum ini, pengambilan sampel dilakukan di Sungai Musi Duo Palembang, Sungai Musi merupakan perairan mengalir yang memiliki faktor-faktor yang berpengaruh berdasarkan literatur meliputi suhu, kejernihan, arus, konsentrasi gas pernafasan, dan kosentrasi garam biogenik. Dalam hal ini arus merupakan faktor  pembatas yang paling mengendalikan di aliran air (Odum, 1998) 
Hasil yang diperoleh dari pengambilan contoh tersebut menunjukkan bahwa Sungai Musi Duo  memiliki  pH  6,7 yang berada ditengah sungai.  Warna perairan Sungai Musi Duo secara visual adalah kuning kecoklatan dan tipe substratnya adalah lumpur. Selain itu sungai tersebut memiliki suhu 30° C. Perbedaan suhu di Sungai Musi tidak terlalu jauh karena kedalamannya relatif dangkal. Berdasarkan pengamatan menggunakan secchi disk, kecerahan air sungai 58 cm ditengah dan termasuk perairan kecerahan baik. Kedalaman Sungai 165 m berada ditengah. Kecepatan arus perairan antara 0,14 m/det, lebar sungai ± 4 m. Organisme yang hidup pada perairan mengalir di Sungai Musi bisa diperkirakan antara lain fitoplankton ( Nitzchia, Polycystis), perifiton ( Nitzchia), benthos (bythinia, viviparus, goniobasis, hydropsyche), neuston (geris danranatra).






BAB II
DASAR TEORI
2.1 Ekosistem Perairan Mengalir
Ekosistem perairan mengalir (lotic) merupakan bagian dari habitat air tawar. Air mengalir, atau habitat lotic ( berasal dari kata lotus yang berarti “tercuci” ) seperti mata air, aliran air atau sungai. Sungai adalah aliran air tawar yang bersumber alamiah di daratan yang mengalir menuju dan bermuara di danau, laut atau samudra. Daerah aliran sungai (DAS) adalah suatu daerah yang terhampar disisi kiri dan kanan dari suatu aliran sungai (E. P. Odum,1998).
Sungai dapat di klasifikasikan menjadi dua yaitu berdasarkan asal air dan berdasarkan letak alirannya. Berdasarkan asal air terdapat sungai mata air yaitu sungai yang airnya bersumber dari mata air alami, sungai air hujan, sungai pencairan es/ salju, dan sungai campuran. Sedangkan berdasarkan letak alirannya sungai dibedakan menjadi ; sungai di atas permukaan tanah, sungai bawah tanah, dan sungai campuran. Dalam aliran sungai dari hulu hingga hilir atau muara, sungai memiliki beberapa pola aliran sungai yaitu ; Pola aliran dendritik, adalah pola aliran yang berbentuk seperti pohon, Pola aliran rektanguler yaitu pola aliran yang alirannya melalui daerah patahan, Pola aliran trellis yaitu pola aliran pada beberapa sungai yang mendapat tambahan air dari anak sungainya dimana arah alirannya tegak lurus dengan sungai tersebut, Pola aliran radial, yaitu pola aliran yang terjadi jika beberapa sungai mengalir ke luar dari gunung atau sebuah dome, dan yang terakhir Pola aliran anular yaitu pola aliran yang merupakan variasi dari pola radial.
Sungai dibagi menjadi dua zona berdasarkan aliran sungainya yaitu zona air deras dan zona air tenang. Zona air deras adalah daerah yang dangkal dimana kecepatan arusnya cukup tinggi sehingga menyebabkan dasar sungai bersih dari endapan dan materi lain yang lepas  sehingga dasarnya padat. Zona air tenang adalah bagian sungai yang dalam dimana kecepatan arus sudah berkurang maka lumpur dam materi lepas dan cenderung mengendap di dasar sehingga endapannya lunak.Dari pola aliran sungai tersebut, sungai dapat membentuk Meander, yaitu bentuk aliran sungai yang berkelok-kelok. Ciri dari suatu rangkaian meander adalah adanya leher meander (bagian yang menyempit) yang dapat menghasilkan potongan beerbentuk tapal kuda dan disebut sebagai danau tapal kuda. Selain Meander sungai juga dapat membentuk delta. Delta merupakan suatu daratan yang terletak di muara sungai, yang terpisah dari laut dan terdiri dari endapan hasil pengikisan air sungai. Dalam kehidupan mahkluk hidup, sungai berfungsi sebagai sumber keanekaragaman hayati yang digunakan untuk irigasi (pengairan sawah dan tambak), pemenuhan kebutuhan sumber air minum, tempat mandi, cuci, kakus, sumber daya perikanan sebagai media transportasi air, sumber energi yaitu (sumber pembangkit listrik), sungai juga dapat digunakan sebagai sarana rekreasi dan olahraga (arum jeram dan pemancingan) (Effendi 2003).

2.2 Parameter Fisika
1. Warna Perairan
Warna perairan adalah warna yang secara visual yang dapat kita lihat dari sebuah perairan. Warna perairan dibagi menjadi dua yaitu warna tampak dan warna asli. Warna tampak adalah warna dari sebuah perairan yang disebabkan oleh partikel-partikel terlarut dan tersuspensi. Sedangkan warna asli merupakan warna yang disebabkan oleh bahan-bahan atau materi yang terbawa oleh aliran air sungai. Dalam perairan sungai, warna perairan dipengaruhi oleh materi-materi yang dibawa oleh aliran sungai.
2. Kecerahan
Dalam hal ini kecerahan merupakan parameter fisika yang berhubungan dengan fotosintesis karena pengaruh penetrasi cahaya yang masuk ke dalam aliran sungai. Penetrasi cahaya seringkali dihalangi oleh zat yang terlarut dalam air, membatasi zona fotosintesa, dimana habitat akuatik dibatasi oleh kedalaman. Kekeruhan, terutama bila disebabkan oleh lumpur dan partikel yang dapat mengendap, seringkali penting sebagai faktor pembatas. Sebaliknya, bila kekeruhan disebabkan oleh organisme, ukuran kekeruhan merupakan indikasi produktivitas (E. P. Odum, 1971)
3. Suhu
Suhu berpengaruh terhadap ekosistem karena suhu merupakan syarat yang diperlukan organisme untuk hidup.  Ada jenis-jenis organisme yang hanya dapat hidup pada kisaran suhu  tertentu. Daerah perairan yang cukup luas dapat mempengaruhi iklim daerah daratan di sekitarnya.Suhu air paling baik dan efisien diukur menggunakan sensor elektronis seperti Air mempunyai beberapa sifat unik yang berhubungan dengan panas yang secara bersama-sama mengurani perubahan suhu sampai tingkat minimal, sehingga perbedaan suhu dalam air lebih kecil dan perubahan yang terjadi lebih lambat dari pada udara.
4.  Kedalaman
Kedalaman suatu ekosistem perairan dapat bervariasi tergantung pada zona kedalaman dari suatu perairan tersebut, semakin dalam perairan tersebut maka intensitas cahaya matahari yang masuk semakin berkurang. Penetrasi cahaya seringkali dihalangi oleh zat yang terlarut dalam air, membatasi zona fotosintesa, dimana habitat akuatik dibatasi oleh kedalaman.
5. Tipe Substrat
Tipe substrat pada perairan mengalir pada sungai hulu berupa batu-batuan dan pasir, sedangkan pada sungai hilir tipe substratnya merupakan endapan lumpur. Dalam pengamatan perairan mengalir tipe substrat yang banyak kita amati berupa batu dan pasir. Karena Sungai Musi merupakan jenis sungai yang beraliran deras karena masih terdapat di daerah hulu.
6. Kecepatan Arus
Arus merupakan faktor pembatas utama pada aliran deras, tetapi dasar yang keras, terutama bila terdiri dari batu, dapat menyediakan perubahan yang cocok untuk organisme (flora & fauna) untuk menempel & melekat dan membedakan antara perairan tergenang dan perairan mengalir. Fungsi mengukur kecepatan yaitu untuk mengetahui kecepatan yang terletak dibagian hulu (Odum,1988).
2.3. Parameter Kimia
1.  Derajat Keasaman (pH)
Derajat keasaman (pH) merupakan parameter kimia yang menunjukan salinitas atau derajat keasaman dari suatu perairan dimana biota air dapat hidup didalamnya, pH yang ideal berkisar antar 6,5-8,5. Dimana setiap organisme air memiliki toleransi pH yang berbeda. Larutan atau air dikatakan asam jika pH-nya < 7, dikatan basa jika pH-nya > 7, sedangkan jika pH-nya = 7 maka larutan tersebut dikatakan seimbang (Purba, Michael. “Sains Kimia” .1994).
Derajat keasaman (pH) berpengaruh sangat besar terhadap tumbuh-tumbuhan dan hewan air sehingga sering digunakan sebagai petunjuk untuk menyatakan baik atau tidaknya kondisi air sebagai media hidup. Apabila derajat keasaman tinggi apakah itu asam atau basa menyebabkan proses fisiologis pada plankton terganggu (Sachlan, M. 1972).

2.4. Parameter Biologi
1. Plankton
Plankton adalah hewan air yang hidup mengapung di atas permukaan air dimana pergerakannya tergantung pada arus. Sehingga gerakan hidupnya tergantung pada arus atau gelombang pada air. Plankton terdiri atas fitoplankton dan zooplankton; biasanya melayang-layang (bergerak pasif) mengikuti gerak aliran air. Plankton terbagi menjadi Fitoplankton dan Zooplankton. Fitoplankton terdiri atas ganggang, diatom, dan dinoflagelata. Zooplankton biasanya terdiri atas rotifera, cladocera, copepoda. Plankton adalah organisme yang berkuran kecil yang hidupnya terombang-ambing oleh arus. Mereka terdiri dari makhluk yang hidupnya sebagai hewan (zooplankton) dan sebagai tumbuhan (fitoplankton). Menurut Nybakken (1992) zooplankton ialah hewan-hewan laut yang planktonik sedangkan fitoplankton terdiri dari tumbuhan laut yang bebas melayang dan hanyut dalam laut serta mampu berfotosintesis. Plankton merupakan makanan alami larva organisme perairan. Sebagai produsen utama di perairan adalah fitoplankton, sedangkan organime konsumen adalah zooplankton, larva, ikan, udang, kepiting, dan sebagainya. Menurut Djarijah (1995), produsen adalah organisme yang memiliki kemampuan untuk menggunakan sinar matahari sebagai sumber energi dalam melakukan aktivitas hidupnya, sedangkan konsumen adalah organisme yang menggunakan sumber energi yang dihasilkan oleh organism. Pada perairan mengalir plankton jarang ditemukan bahkan absen dari aliran air, karena organisme seperti ini tidak tahan oleh arus, plankton akan hidup hanya pada bagian aliran air yang bergerak perlahan dan di sungai yang besar plankton dapat berkembang biak dan menyatu sebagai bagian dari komunitas (E. P. Odum, 1998).
Peranan plankton di perairan sangat penting karena plankton merupakan pakan alami bagi ikan kecil dan hewan air lainnya. Plankton merupakan mata rantai utama dalam rantai makanan di perairan. Plankton dalam suatu perairan mempunyai peranan yang sangat penting. Plankton terdiri dari fitoplankton yang merupakan produsen utama dan dapat menghasilkan makanannya sendiri dan merupakan makanan bagi hewan seperti zoo, ikan udang dan kerang melalui proses fotosintesis dan zooplankton yang bersifat hewani dan beraneka ragam.
2. Perifiton
Perifiton merupakan tumbuhan atau hewan yang melekat/bergantung pada tumbuhan atau benda lain, misalnya keong. Dan bentos adalah hewan dan tumbuhan yang hidup pada endapan. Bentos dapat sessil (melekat) atau bergerak bebas, misalnya cacing dan remis. Perifiton merupakan hewan yang ukurannya sangat kecil (mikroskopis), oleh karena itu perifiton tidak dapat dilihat oleh mata tanpa bantuan mikroskop. Perifiton adalah tumbuhan atau hewan yang tumbuh dan menempel pada objek yang tenggelam. Dalam perairan mengalir perifiton melekat pada substrat yang kokoh yang ada di sungai seperti batu, batang kayu, atau masa daun (E. P. Odum, 1998).
3. Benthos
Bentos merupakan organisme yang melekat atau beristirahat pada dasar endapan. Bentos dapat dibagi berdasarkan makananya menjadi pemakan penyaring seperti (kerang) dan pemakan deposit seperti ( siput ) (E. P. Odum, 1971). Hewan bentos hidup relatif menetap, sehingga baik digunakan sebagai petunjuk kualitas lingkungan, karena selalu kontak dengan limbah yang masuk ke habitatnya.  Kelompok hewan tersebut dapat lebih mencerminkan adanya perubahan faktor-faktor lingkungan dari waktu ke waktu. karena hewan bentos terus menerus terdedah oleh air yang kualitasnya berubah-ubah.  Diantara hewan bentos yang relatif mudah diidentifikasi dan peka terhadap perubahan lingkungan perairan adalah jenis-jenis yang termasuk dalam kelompok invertebrata makro.  Kelompok ini lebih dikenal dengan makrozoobentos (Rosenberg dan Resh, 1993).
Makrozoobentos mempunyai peranan yang sangat penting dalam siklus nutrien di dasar perairan.  Montagna et all.  (1989) menyatakan bahwa dalam ekosistem perairan, makrozoobentos berperan sebagai salah satu mata rantai penghubung dalam aliran energi dan siklus dari alga planktonik sampai konsumen tingkat tinggi. Bentos meliputi segala macam avertebrata air yang hidup di permukaan dasar perairan atau di dalam sedimen dasar perairan. Dasar perairan dapat berupa lumpur, batu, kerikil, baik di laut, sungai, maupun danau.
4. Nekton
Ekosistem air tawar dihuni oleh nekton. Nekton merupakan hewan yang bergerak aktif dengan menggunakan otot yang kuat. Hewan tingkat tinggi yang hidup di ekosistem air tawar, misalnya ikan, dalam mengatasi perbedaan tekanan osmosis melakukan osmoregulasi untuk memelihara keseimbangan air dalam tubuhnya melalui sistem ekskresi, insang dan pencernaan. Nekton merupakan organisme yang dapat bergerak dan nerenang dengan kemauan sendiri (dengan demikian dapat menghindari jaring plankton) contohnya seperti ikan, amfibi, serangga air besar dll (E. P. Odum, 1998).
5. Neuston
Neuston merupakan organisme yang mengapung atau berenang di permukaan air atau bertempat pada permukaan air, misalnya serangga air. Organisme yang tinggal atau beristirahat di atas permukaan air, yang pergerakannya tidak di pengaruhi oleh pergerakan arus (E. P. Odum, 1998)
6. Tumbuhan Air
Tumbuhan air merupakan tumbuhan yang tinggal di sekitar air dan di dalam air. Yang berfungsi sebagai produsen penghasil energi. Tumbuhan air dapat dikelompokkan menjadi terrestrial plants adalah tumbuhan air yang seluruh organ tubuhnya belum tertutup oleh air, emerged plants adalah tumbuhan air yang akarnya berada dalam air dan bagian lainnya berada dipermukaan air, floating plants adalah tumbuhan air yang bagian akar dan batangnya berada dalam air , sedangkan daunnya mencuat ke permukaan air, dan submerged plants adalah tumbuhan air yang seluruh bagian tubuhnya berada dalam air (E. p. Odum, 1959).
7. Rantai Makanan
Rantai makanan merupakan terjadinya proses perpindahan energi dari proses makan dan dimakan. Aliran energi terjadi dari tumbuhan sebagai produsen dimakan oleh konsumen tingkat 1 dan konsumen tingkat 1 dimakan oleh konsumen tingkat 2 lalu konsumen tingkat 2 mati dimakan oleh detritus atau pengurai yang menguraikan organik menjadi an organik yang dibutuhkan oleh tumbuhan.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1    Waktu Dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari minggu tanggal 1 April 2012, pada pukul 09.00 WIB  s/d dengan lebar sungai ± 4 m. Praktikum penentuan komponen biotik dan abiotik dilingkungan perairan diSungai Musi Duo Palembang, provinsi Sumatera Selatan.

3.2    Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu jaring berdiameter 55 cm, tali plastik, botol aqua, pemberat, kertas lakmus/ph meter, thermometer, seccal disk, dan pipet tetes.

3.3    Cara Kerja
Adapun cara kerja pada praktikum ini antara lain yaitu :
1. Suhu air
Pengamatan suhu air dilakukan dengan cara menenggelamkan thermometer kedalam air dengan seutas tali kemudian diceburkan sampai air raksa tidak bergerak (± 5 menit). Selanjutnya dibaca suhu yang ditunjukkan oleh thermometer.
2. Kecerahan air
Pengukuran dilakukan dengan cara memasukkan seccal disk melalui seutas tali dalam perairan sampai warna hitam putih seccal disk tidak terlihat jarak antara jari yang memegang tali (tepat dipermukaan air) dengan seccal disk pada saat hilangnya warna tersebut merupakan kecerahan perairan tersebut.
·     Perairan kecerahan baik (lebih dari 60 cm).
·     Perairan kecerahan sedang (kurang dari 30 cm).
·     Perairan kecerahan buruk (kurang dari 10 cm).

3. Kedalaman air
Pengukuran kedalaman air dilakukan dengan cara memasukkan tali yang diberi pemberat kedalam air sampai mencapai dasar.
4. Kecepatan arus
Lepaskan pelampung pada suhu titik yang telah ditentukan pada saat pelampung dilepaskan keair, saat itu pula ukur waktu yang diperlukan pelampung untuk mencapai titik tertentu. Kecepatan aliran air dinyatakan dalam jarak perwaktu (m/det dan km/jam). Pengukuran kecepatan arus dilakukan dua kali ditempat berbeda dan hasilnya dirata-ratakan.
5. Pengukuran pH
Dilakukan dengan kertas lakmus atau pH meter.
6. Identifikasi plankton / bentos.
Penangkapan plankton / bentos dilakukan dengan jarring yang termodifikasi menjadi plankton net.
7. Pengambilan substrat
Ambil sampel substrat dasar sungai, amati dan catat tipe substrat dasarnya.

BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN ANALISIS
4.1 Hasil Pengamatan
Dari hasil penentuan faktor abiotik dan biotik lingkungan perairan pada air sungai di dapatkan suhu sebesar 30 °C, sedangkan kecerahan 58 cm, kedalaman 165 m, dengan kecepatan arus 0,14 m/s, serta pH sebesar 6,7 dan substratnya adalah lumpur.
Grafik hasil praktikum :
1.   Suhu air
2.   pH air
3.   Kedalaman air
4.   Kecepatan arus
Rumus kecepatan arus :
Diket : S = 22 m
t  = 2 menit , 22 det = 152 det
Dit     : v (kecepatan arus) ?
V =  
V =   = 0,14 m/det

4.2 Analisis
Hasil yang diperoleh dari praktikum penentuan faktor biotik dan abiotik lingkungan perairan  yang dilakukan menunjukkan bahwa Sungai Musi Duo memiliki  pH  6,7 yang berada ditengah sungai.  Warna perairan Sungai Musi Duo secara visual adalah kuning kecoklatan dan tipe substratnya adalah lumpur. Selain itu sungai tersebut memiliki suhu 30° C. Perbedaan suhu di Sungai Musi Duo tidak terlalu jauh karena kedalamannya relatif dangkal. Berdasarkan pengamatan menggunakan secchi disk, kecerahan air sungai 58 cm ditengah dan termasuk perairan kecerahan baik. Kedalaman Sungai 165 m yang berada ditengah. Kecepatan arus perairan antara 0,14 m/det, lebar sungai ± 4 m. Sedangkan pada identifikasi plankton / bentos pada penangkapan dengan menggunakan jarring yang dimodifikasi menjadi plankton net, tidak dilakukan pada praktikum ini karena alatnya kurang tersedia.   
Perairan pada sungai termasuk kedalam perairan lotik, karena mengalir. Suhu disini dipengaruhi oleh tingkat intentitas cahaya yaitu semakin tinggi intentitas cahaya semakin tinggi pula suhunya dan sebaliknya. Kecerahan berhubungan dengan kedalaman yaitu semakin dalam suatu periran maka akan semakin rendah tingkat kecerahannya. Kecepatan arus berpengaruh terhadap jumlah spesies yang hidup yaitu ada beberapa spesies yang nyaman dengan arus yang deras dan ada spesies yang kurang begitu nyaman terhadap arus yang deras bahkan mati. Tingkat keasaman juga berpengaruh terhadap spesies yang hidup pada pH tertentu maka ada beberapa spesies berbeda karena terdapat spesies nyaman hidup disuhu tertentu, namun terdapat pula spesies yang nyaman di pH berapapun. Kedalaman mempengaruhi produktifitas yang semakin dalam produktifitasnya semakin tinggi (Mahidda, 1984).
 Menurut Krebs (1978) Faktor fisika kimia yaitu faktor yang menentukan distribusi dari biota air adalah sifat fisika-kimia perairan. Organisme yang dapat disesuaikan dengan kondisi sifat fisika-kimia yang akan mampu hidup. Penyebaran jenis dan hewan akkuatik ditentukan oleh kualitas lingkungan yang ada seperti sifat fisika, kimia, biologisnya menambahkan bahwa kehidupan biota perairan dipengaruhi oleh volume air mengalir, kecepatan arus, temperatur, pH dan konsentrasi oksigen terlarut.
Menurut Effendi (2003), Faktor yang membedakan kondisi fisika kimia dari setiap bagian sungai terdiri dari:
1. Suhu
Pada praktikum yang kami lakukan didapatkan suhu 30°c. Pengukuran suhu akan berbeda dengan factor waktu yang mempengaruhinya. Suhu merupakan factor dalam kehidupan flora dan fauna akuatis. Suhu air mempunyai pengaruh yang universal dan sangat berperan dalam kehidupan organisme. Temperature suatu badan perairan dipengaruhi oleh musim, lintang (latitude), ketinggian dari permukaan laut (altitude), waktu dalam satu hari, sirkulasi udara, penutupan awan dan aliran serta kedalaman dari badan air. Peningkatan temperatur akan diikuti dengan menurunnya kadar oksigen terlarut di perairan, Suhu adalah salah satu faktor yang penting dalam suatu perairan untuk mengukur temperatur lingkungan tersebut. Suhu merupakan salah satu faktor yang penting dalam suatu perairan karena suhu merupakan faktor pembatas bagi ekosistem perairan dan akan membatasi kehidupan organisme akuatik (Oudum, 1971).
2. Substrat
Tipe substrat dalam praktikum kami adalah lumpur yang merupakan tempat hidup bagi organisme. Jenis lumpur yang berbeda menyebabkan organisme yang hidup didalamnya juga berbeda. Lumpur berupa tanah yang juga menyediakan unsur-unsur penting bagi pertumbuhan organisme, terutama tumbuhan.
3. Kecepatan Arus
Semakin tinggi kecepatan arus maka kandungan oksigen terlarut dalam air yang sangat dibutuhkan biota air dalam metabolismenya akan semakin tinggi pula. Dari praktikum kecepatan arus didapatkan 0,14 m/det. Arus merupakan faktor pembatas yang mempunyai peranan sangat penting dalam perairan, baik pada ekosistem mengalir (lotic) maupun ekosistem menggenang (lentic). Hal ini disebabkan karena adanya arus akan mempengaruhi distribusi organisme, gas-gas terlarut, dan mineral yang terdapat di dalam air (Barus, 2002).

4.  Kedalaman Sungai
Kedalaman air yang kami dapatkan adalah 165 m yang berada ditengah sungai, karena sungai yang kami amati dbagian hilir yang masih dangkal. Menurut Odum (1988) Pada sungai dapat dijumpai tingkat yang lebih tua dari hulu ke hilir, perubahan lebih terlihat pada bagian atas aliran air, dan komposisi kimia berubah dengan cepat. Dan komposisi komunitas berubah sewajarnya yang lebih jelas pada kilometer pertama dibanding lima puluh (50) kilometer terakhir. Kedalaman juga dipengaruhi oleh zona yaitu zona hulu, zona hilir dan zona tengah.
5. Derajat Keasaman (pH)
Pengukuran pH dilakukan ditengah didapatkan 6,7. Larutan atau air dikatakan asam jika pH-nya < 7, dikatankan basa jika pH-nya > 7, jadi pH 6,7 dikatakan basa. Seperti yang diungkapkan Siregar,et al (2002) Derajat keasaman (pH) merupakan suatu indeks konsentrasi ion hidrogen dan mempunyai pengaruh yang besar terhadap kehidupan organisme perairan, sehingga dapat dipergunakan sebagai petunjuk baik buruknya suatu perairan sebagai lingkungan hidup.
Menurut Effendi (2003) Derajat keasaman berpengaruh sangat besar terhadap kehidupan hewan dan tumbuhan air serta mempengaruhi toksisitas suatu senyawa kimia. Nilai pH dapat dipengaruhi anatara lain buangan industri dan rumah tangga. Derajat krasaman (pH) berkaitan erat dengan karbondioksida dan alkalinitas, semakin tinggi pH, semakin tinggi alkalinitas dan semakin rendah kadar kandungan dioksida bebas. pH merupakan tingkat derajat keasaman yang dimiliki setiap unsur, pH juga berpengaruh terhadap setiap organisme, karena setiap organisme atau individu memiliki ketentuan pada derajat keasaman (pH) berapa mereka dapat hidup (Mahidda, 1984).
6.  Kecerahan
Kecerahan air yang kami lakukan termasuk pada kecerahan baik yaitu 58 cm. Kecerahan adalah besarnya intensitas cahaya di dalam air yang disebabkan oleh adanya partikel koloid dan tersuspensi seperti lumpur, pasir, bahan organik dan mikroorganisme termasuk plankton. Semakin tinggi tingkat kecerahan suatu perairan, maka semakin tinggi pula kecerahan yang masuk ke dalam air, sehingga lapisan air yang produktif akan menjadi lebih stabil (Kembarawati, 2000).
Di dalam ekosistem, komponen biotik dan abiotik merupakan komponen pokok ekositem yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Komponen biotik dan abiotik dalam kehidupan memiliki peran sendiri-sendiri yang saling berhubungan. Antara komponen biotik dan abiotik dalam kehidupan saling mempengaruhi. Kedua komponen tersebut memiliki peran masing-masing yang saling mendukung. Komponen abiotik sangat berpengaruh terhadap kehidupan organisme sungai yang ada di atasnya. Air, kelembapan udara, cahaya matahari, gaya gravitasi maupun suhu lingkaran merupakan komponen abiotik yang besar pengaruhnya terhadap kehidupan organisme.
Hubungan faktor biotik dan abiotik perairan, biotik merupakan organisme yang hidup pada suatu ekosistem tertentu yang hidupnya bergantung pada kondisi alam sekitarnya atau lingkungannya. Sedangkan, abiotik merupakan lingkungan tempat tinggal organisme yang meliputi semua benda mati yang ada. Kedua faktor diatas saling mempengaruhi karena antara faktor mengalami interaksi dalam perjalanan waktu. Faktor abiotik menyediakan wadah hidup serta unsur hara dalam tanah maupun air yang digunakan oleh tumbuhan hijau, tumbuhan air untuk bahan baku proses fotosintesis. Proses rantai makanan terjadi dari jatuhnya daun kering ke permukaan air kemudian daun terurai oleh detritus menjadi bahan non-organik (Nitrogen dan Fosfor). Fitoplankton yang hidup pada perairan memanfaatkan N dan P untuk proses fotosintesis. Fitoplankton di makan zooplankton kemudian zooplankton dimangsa ikan kecil dan ikan kecil dimangsa ikan besar. Bila tidak ada campur tangan manusia maka siklus transfer energi ini terus berlanjut hingga hewan strata tertinggi mati dan diuraikan dekomposer menjadi senyawa dalam tanah.
BAB V
KESIMPULAN
Ekosistem perairan lotik atau perairan mengalir adalah suatu ekosistem perairaan yang di dalamnya terdapat adanya arus. Sedangkan perairan pada sungai termasuk kedalam perairan lotik, karena mengalir. Parameter fisika yang diukur meliputi suhu, kecerahan, kedalaman, kecepatan arus. Sedangkan parameter kimia yang digunakan yaitu pH yang diukur dengan menggunakan pH meter. Suhu yang didapatkan dengan pengukuran menggunakan thermometer sebesar  30°C, kedalaman yang diukur dengan menggunakan pemberat  didapatkan sebesar 165 m, kecerahan 58 cm, dan kecepatan arus sebesar  0,14 m/det. Hal-hal yang mempengaruhi ekosistem perairan adaah faktor fisika dan kimia, faktor kimia dan faktor fisika akan mempengaruhi jumlah, komposisi, keanekaragaman jenis, produktivitas dan keadaan fisiologis organisme di suatu perairan.

DAFTAR PUSTAKA
Barus. T.A. 2004. Pengantal Limnologi Pesisir Perairan. Online. http://www.ilmukelautan.com/perairan/perairan pesisir/329-perairan. USU Press. Medan.

Effendi. 2003. Pengaruh factor biotic-abiotik organism sungai. Online. http://id.shvoong.com/exact-sciences/earth-sciences/2074023-pengukuran-parameter-kualitas-dengan-bentos. Diakses 10 April 2012.

Irwan. 1992. Ekosistem Perairan. Online. http://rainadpa.blogspot.com/2010/01/pola-longitudinal-ekosistem-sungai.html. Diakses 10 April 2012.

Kembarawati. 2000. Penentuan Faktor Biotik-abiotik lingkungan perairan. Online. http://id.shvoong.com/exact-sciences/biology/2149486-ekosistem-faktor-biotik-dan-faktor. Diakses 10 April 2012.

Purba, Michael. “Sains Kimia” .1994.Erlangga. Jakarta

Odum, E.P. 1998. Dasar-Dasar Ekologi. 4rd ed. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Suwigyo, Sugiarti. Widigdo, Bambang. Wardiatno, Yusli. dan Krisanti, Majariana. 2005      Avertebrata Air. 1st ed. Penebar Swadaya. Jakarta